KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Pemimpin Modern

Kompas.com - 03/12/2022, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK pemimpin sukses pada zamannya, tetapi kini merasa bahwa mereka sulit mengendalikan bawahan-bawahan muda. Selain konteks pemikiran yang berbeda, cara pandang serta keterampilan anak muda sekarang pun berbeda.

Banyak dari mereka yang menyalahkan disrupsi teknologi yang membuat mereka merasa gaptek dan pada akhirnya, menyalahkan kesenjangan ini sebagai penyebab kesulitan kepemimpinannya.

Dalam kondisi bekerja jarak jauh ataupun hibrida, mempertahankan konsep kepemimpinan tradisional rasanya semakin tidak efektif. Dengan nilai-nilai bekerja para milenial, bahkan gen Z sekarang yang sudah berbeda, employee experience adalah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh manajemen untuk bisa tetap menjaga produktivitas dan retensi karyawan.

Baca juga: Budaya Memotivasi

Pemimpin perlu memahami dan mempelajari apa yang membuat bawahan bahagia. Sepandai-pandainya pemimpin, bila ia tidak menyadari bahwa ia perlu belajar menghayati apa yang dirasakan, diharapkan, dan diidamkan bawahannya, suasana kerja bisa jadi mengarah pada keengganan, ketakutan, sampai disengagement. Pada akhirnya, hal ini berdampak pada berkurangnya produktivitas.

Tradisional versus modern

Gaya kepemimpinan tradisional yang berorientasi pada power untuk mengontrol, mendisiplinkan, ataupun menjadi pusat pengambilan keputusan yang menentukan segala sesuatu di organisasi, terbukti mendorong organisasi pada kemunduran.

Pemimpin tradisional tidak terbiasa membagikan wewenangnya kepada pihak lain, sekalipun pemimpin lain yang ditunjuknya sendiri. Mereka memanfaatkan power posisi sebagai sumber kekuatannya.

Baca juga: Healing dan Growing

Para milenial dan generasi lain di bawahnya dapat merasakan betapa toksiknya organisasi ini ketika pemikiran-pemikiran berbeda dibungkam dengan komentar pedas dari pimpinan yang mengakibatkan keengganan para karyawan untuk memberikan masukan dalam sesi brainstorming.

Survey OC Tanner yang dituangkan dalam 2020 Global Culture Report menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan tradisional cenderung menurunkan revenue perusahaan hingga 84 persen. Sementara itu, kepemimpinan modern berpotensi menambah 81 persen peluang untuk meningkatkan revenue perusahaan.

Kepemimpinan tradisional juga terbukti menurunkan employee experience hingga 43 persen, well-being hingga 13 persen. Sementara, kepemimpinan modern mampu meningkatkan employee experience hingga 55 persen dan well-being hingga 66 persen.
Jumlah pemimpin modern saat ini memang masih belum banyak, tetapi pasti akan terus bertambah.

Baca juga: Pahami Karyawan Anda

Sebab, sebuah laporan pada 2021 yang memuat survei terhadap 40.000 karyawan dan pimpinan di 20 negara menunjukkan bahwa ada 17 persen pemimpin yang memiliki pola pikir dan perilaku sebagai pemimpin modern.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman
Survei tersebut juga menemukan bahwa gaya kepemimpinan seperti itu sangat erat kaitannya dengan budaya perusahaan.

Dari 17 persen pemimpin dengan pola pikir modern, 81 persen di antaranya bekerja dalam organisasi yang seluruh karyawannya memandang diri mereka sendiri adalah seorang pemimpin.

Baca juga: Krisis Pertemanan dalam Bekerja

Pada dasarnya, kepemimpinan modern berarti berani transparan dan membagi informasi kepada seluruh jajaran di organisasi.

Hal seperti ini menciptakan level rasa percaya yang lebih tinggi dan meningkatkan rasa kepemilikan serta sense of inclusion individu dalam organisasi tersebut.

Baca juga: Mengambil Keputusan Bermutu

 

Tak hanya itu, pemimpin mau meluangkan waktu untuk memahami tujuan karier setiap individu di bawahnya, memikirkan kesejahteraan mereka, serta menghargai kontribusi dan pencapaian seluruh anggota tim.
Mengganti cara pendekatan

Bila pada masa lalu micro managing masih dimaafkan dan pemimpin yang kuat dalam mengontrol malah mendapat apresiasi, saat ini, generasi muda justru menuntut untuk turut memiliki sense of control yang membuat mereka merasa terlibat dan menjadi bermakna.

Oleh karena itu, pemimpin yang modern akan berusaha agar anggota timnya memahami bagaimana kontribusi mereka turut berperan terhadap kesuksesan organisasi.

Baca juga: Sambung Rasa

Pemimpin modern akan “menjual” visi mereka tentang masa depan, ke mana organisasi akan bergerak, mendorong para anggota tim untuk berbagi mengenai mimpi mereka akan masa depan, dan menyinkronisasi agar visi pemimpin dan mimpi individu dapat berjalan beriringan.

Pemimpin modern tidak lagi mengatur bawahannya. Ia hanya mengarahkan, memberikan gambaran tentang hasil yang diharapkan, lalu menyingkir untuk memberi jalan kepada masing-masing individu untuk berkreasi sesuai dengan gaya mereka sendiri.

Mereka menghargai perbedaan-perbedaan individu dan mendorong agar tim dapat memanfaatkan perbedaan tersebut untuk berkolaborasi meraih kesuksesan.

Baca juga: Menghadapi Krisis Berkepanjangan

Untuk dapat berkolaborasi secara optimal, tugas pemimpin modern adalah membekali dan mendorong anggota timnya untuk terus belajar mengembangkan kompetensi yang dimiliki agar mereka dapat bersinergi bersama mencapai hasil yang luar biasa.

Karakteristik unik dari pemimpin modern adalah sikap belajar. Tentunya, penyerapan seorang pemimpin yang sudah lebih senior tidak akan selancar anak muda bawahannya. Namun, belajar dari bawahan justru bisa menunjukkan kerendahan hati dan mengurangi kesenjangan antara pemimpin dan bawahannya.

Rasa percaya pun akan tumbuh ketika pemimpin menunjukkan keinginan untuk belajar bersama dan berbagi tanpa rasa angkuh. Sudah bukan waktunya lagi kita menyimpan informasi yang sebetulnya juga bisa diketahui oleh bawahan dengan sedikit upaya lebih.

Baca juga: Berhenti Tenang

Bila dulu pemimpin bisa membiarkan bawahan mengurus motivasinya sendiri dengan alasan bahwa bawahanlah yang lebih membutuhkan pekerjaan, sekarang, bargaining power sudah seimbang. Pemimpin modern sadar bahwa kesuksesan mereka tergantung pada kontribusi dari bawahannya.

Semakin tinggi sense of belonging bawahan, semakin kuat pula kerja kreativitas dan inovasi mereka dalam menghadapi kompetisi yang semakin ketat. Untuk itu, pemimpin harus terampil memberi penghargaan kepada mereka yang berprestasi untuk meningkatkan motivasinya.

Well-being adalah hak setiap orang, apa pun pangkatnya. Membiarkan pemimpin-pemimpin tradisional terus berkuasa, memegang kontrol, dan menebarkan pengaruhnya akan membuat organisasi menjadi stagnan.


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Whats New
Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Whats New
Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Whats New
Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com