MANGGARAI BARAT, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) menerbitkan desain pengembangan rupiah digital. Ini terangkum dalam White Paper (WP).
WP tersebut menguraikan rumusan central bank digital currency (CBDC) bagi Indonesia dengan mempertimbangkan asas manfaat dan risiko. WP ini adalah langkah awal Proyek Garuda, proyek yang memayungi berbagai inisiatif eksplorasi berbagai pilihan desain arsitektur rupiah digital.
Menanggapi rencana penerbitan rupiah digital tersebut, Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, industri perbankan akan mendukung rupiah digital. Adapun peran perbankan, imbuh dia, akan menjadi distributor.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Pengaruhi Kenaikan Harga Tahu dan Tempe
"Kita dukung. Ini akan wholesale dan ritel dan bank akan jadi distributor," kata Kartika pada konferensi pers 50th ASEAN Banking Council Meeting (ABC) 2022 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (2/12/2022).
Meskipun demikian, imbuh Kartika, industri perbankan masih menunggu teknis terkait rupiah digital tersebut. Selain itu, akan dikerjasamakan dengan bank sentral terkait rincian terkait teknologi hingga aspek keamanannya.
"Kita akan diskusi bagaimana pola dan teknologinya. Kita kerja sama dengan BI bagaimana detilnya dan terkait security-nya juga," tutur Wakil Menteri BUMN tersebut.
Kartika mengungkapkan, dengan adanya rupiah digital, maka penggunaan uang kartal akan berkurang. Pasalnya, akan ada peningkatan penggunaan rupiah digital yang lebih praktis.
Baca juga: Waspadai Penguatan Dollar AS, Ini Strategi BI Stabilkan Rupiah
Selain itu, menurut Kartika, penggunaan uang kertas dan uang logam cenderung mahal. Oleh sebab itu, ia memandang perlahan penggunaan uang kertas dan logam akan bergeser ke rupiah digital.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.