Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Debat Sengit Said Didu Vs Arya Sinulingga soal Kereta Cepat

Kompas.com - Diperbarui 05/12/2022, 03:53 WIB

"Orang tua @msaid_didu, anda kan ex-sesmen BUMN ya, pasti ngerti bisnis, ketika produk kita saling kanibal apa yg anda lakukan ? Kecuali dulu anda jd Sesmen bukan krn pengetahuan bisnis anda bagus tapi krn punya backing," tulis Arya Sinulingga yang juga mantan relawan Presiden Jokowi di Pilpres 2019. 

Seolah merasa dikuliahi materi bisnis, Said Didu membalasnya. Menurutnya, tidak ada keputusan bisnis yang sampai mengkanibal sesuatu yang selama ini menguntungkan perusahaan dan bermanfaat bagi banyak orang.

"Makanya bagi yg punya otak tidak akan membangun sesuatu yang saling kanibal. Karena kesalahan keputusan anda, anda rugikan rakyat tapi anda merasa bangga atas kesalahan yg merugikan rakyat tsb demi menyelamatkan proyelk China. Belajar lagi ttg bisnis, kebijakan publik sono gih," balas Said Didu.

Selama ini harus diakui, KA Argo Parahyangan memang menjadi andalan warga Bandung dan Jakarta bepergian. Kereta ini jadi alternatif selain Tol Cipularang dan angkutan umum.

Baca juga: Beratnya Bisnis Kereta Cepat, di China Pun Merugi

Dari sisi tarif, KA Argo Parahyangan tiketnya dibanderol di kisaran Rp 90.000 sampai Rp 200.000, yang termahal adalah Argo Parahyangan kelas luxury yang dipatok kisaran Rp 350.000. Bandingkan dengan kereta cepat yang tarifnya berkisar 350.000 sekali jalan. 

Banyak yang mendukung pernyataan Said Didu yang menganggap digantikannya KA Argo Parahyangan akan merugikan rakyat yang tak mampu membeli tiket kereta cepat.

Banyak pula yang beranggapan, harga tiket KCJB tak sepadan lantaran untuk tujuan Bandung maupun Cimahi, harus direpotkan dengan berganti kereta di Padalarang.

Kubu lainnya, mendukung pernyataan Arya Sinulingga dan beranggapan kalau kereta cepat harus tetap dilanjutkan meski harus menggunakan duit APBN. Terlebih, infrastruktur ini akan bermanfaat di masa mendatang dan jadi kebanggan Indonesia. 

"Sepertinya pejabat skrg sudah berubah menjadi penguasa yg merasa bebas melakukan apa saja - termasuk tidak malu embuat kebijakan utk dinikmati oleh diri, keluarga dan kelompoknya. Suara publik, etika dan hukum sdh diabaikan," tulis Said Didu.

Baca juga: Jonan Dulu Bilang, Jakarta-Bandung Terlalu Pendek untuk Kereta Cepat

Perdebatan kemudian melebar ke luar konteks rencana menghapus KA Argo Parahyangan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Sumber Twitter
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+