Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahju Rohmanti
Praktisi Asuransi, Investasi, dan Ekonomi Syariah

Advisor Asuransi, Dewan Pengawas Syariah, anggota Kumpulan Penulis Keuangan dan Asuransi (KUPASI)

Masih Layakkah RBC untuk Mengukur Kesehatan Perusahaan Asuransi?

Kompas.com - 05/12/2022, 09:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ALM mengombinasikan time to maturity dengan reinvestment rate yang biasa disebut durasi. Penghitungan durasi portofolio aset dan liability akan menjadi faktor utama dalam proses ALM.

5. Memastikan terjadi kondisi matching asset liability, baik secara nominal maupun durasi

6. Sebagai alat preventif saat terjadi mismatch ataupun potensi mismatch, baik mismatch nominal, durasi maupun suku bunga.

7. Dapat mengidentifikasi risiko mana yang dominan pada setiap instrumen investasi/asset

8. Dapat menganalisa secara cepat dampak dari risiko terhadap nilai dan pola cashflow asset maupun liability

9. Sebagai alat penilaian dan pengelolaan risiko sehingga dapat secara cepat dan tepat memitigasi, mengeliminasi dan mentransfer risiko.

Setiap perusahaan asuransi bisa jadi memiliki arsitektur ALM berbeda-beda, karena perbedaan produk yang dijual, infrastruktur manajemen risiko dan investasi serta kehandalan sistem informasi akuntansi keuangan yang dimiliki.

Namun arsitektur ALM yang dimiliki minimal harus dapat menjawab pertanyaan mendasar antara lain:

  • Produk mana yang menghasilkan atau rugi terus menerus?
  • Bagaimana rate of return dari produk kita dan atau berapa yield dari masing-masing aset investasi?
  • Berapa modal yang dibutuhkan dalam waktu X tahun?
  • Apa pengaruh penurunan margin terhadap Pendapatan dan Modal Bersih perusahaan?
  • Apa yang terjadi pada pendapatan perusahaan apabila suku bunga naik tajam dalam jangka pendek?
  • Apa pengaruh pemasaran produk baru terhadap Likuiditas, Modal dan Pendapatan?
  • Bagaimana dan berapa pricing produk yang tepat?

Pekerjaan ALM berturut-turut adalah 1) memproyeksikan cashflow asset dan kewajiban, menemukan pola cashflow masing-masing per produk, 2) melakukan strest test terhadap berbagai faktor risiko, melakukan duration matching, 3) Melakukan imunisasi portofolio asset terhadap risiko, 4) strategic asset allocation

Jadi masih layakkah RBC?

Kembali kepada premis judul di atas, apakah RBC masih layak untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi di tengah kondisi risiko di industri asuransi dan ekosistemnya, misalnya risiko industri investasi, semakin beragam dan lebih dominan.

Selain itu, melihat bahwa beberapa perusahaan asuransi yang gagal bayar klaim ternyata secara historis sebelumnya selalu membukukan RBC positif.

Lalu apakah memiliki RBC tinggi berarti bebas risiko? Misalnya, RBC beberapa perusahaan asuransi jiwa berada di atas 1000 persen, apakah berarti perusahaan asuransi tersebut sehat sekali dan bebas risiko?

Justru perusahaan yang memiliki RBC terlalu tinggi diduga tidak beroperasi secara optimal. Modal dan aset terlalu banyak menganggur, ujungnya justru dapat menurunkan ekuitas karena tidak ada peningkatan akumulasi laba.

Selain itu perusahaan tetap menghadapi risiko asset liability mismatch, apabila portofolio aset investasi lebih banyak ditempatkan pada instrumen yang memiliki durasi jauh lebih pendek ataupun ketinggian.

Pada kasus Jasindo, perusahaan BUMN ini dinilai tidak sehat karena membukukan RBC negatif dan mengalami kerugian selama dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2020 dan 2021 serta Triwulan II tahun 2022.

RBC Jasindo menjadi negatif ketika dilakukan restated pada laporan keuangan karena beberapa hal, yaitu: under reserved di liability, penurunan nilai portofolio investasi, serta dugaan mal-design produk kerjasama Asuransi Jiwa Kredit (AJK).

Sehingga sebenarnya penurunan RBC bukan karena miss-rsik management, namun lebih karena masalah lemahnya governance perusahaan.

Kasus kerugian dan mal-design produk AJK sebenarnya jamak terjadi di beberapa perusahaan asuransi, utamanya asuransi jiwa.

AJK adalah produk kerjasama dengan bank, merupakan asuransi dengan long term liability dan model bisnis reciprocal. Perusahaan asuransi harus menempatkan deposito pada bank tersebut sebaliknya bank memberikan bisnis asuransi kredit.

Produk AJK secara naturalnya oleh perusahaan asuransi jiwa, karena sifatnya dasar penanggungan risiko adalah jiwa, atau tidak cocok sebagai produk asuransi kerugian.

Sehingga jika AJK dijual oleh perusahaan asuransi umum, maka jelas di awal sudah terjadi missmatch bisnis.

Belum lagi apabila ternyata valuasi liability tidak tepat, misal dengan memperpendek atau membagi tenor liability agar sesuai dengan format produk asuransi kerugian, sehingga tentu penyajian angka liability akan understated.

Dari sisi aset investasi, reciprocal penempatan deposito kerjasama jelas rugi, karena bunga deposito kerjasama jauh lebih rendah dari bunga normal.

Jadi dari hulu bisnis produk AJK berpotensi menjadi produk bleeding, dan satu-satunya yang diharapkan untung menjual AJK adalah prospek untuk mendapatkan penutupan asuransi lanjutan dari individu nasabah-nasabah/debitur bank tersebut.

ALM dapat mengeliminir potensi-potensi mismatch dari awal, dengan meniadakan produksi bleeding, serta memberikan arah strategi penempatan investasi untuk mereduksi potensi kerugian. Karena ALM menyediakan “preventive strategies dan risk alert ” per produk asuransi.

Selama dua tahun Jasindo membukukan negatif RBC dan mengalami kerugian, namun perusahaan tidak terdengar mengalami gagal bayar klaim.

Namun jika governance tidak diperbaiki dan produk bleeding tetap dijual, maka akan menyebabkan asset liability gap semakin dalam yang dapat menggerus likuiditas dan bila semakin masif secara kuantitas serta frekuensi dapat terjadi gagal bayar.

Upaya perbaikan kondisi dengan melakukan efisiensi, misalnya PHK, adalah baik untuk mengurangi biaya saja.

Namun lebih tepat apabila yang dilakukan adalah segera menghentikan kontrak kerjasama /penjualan produk bleeding, segera membenahi governance internal dengan memutus mata rantai bad governance baik SDM maupun regulasi, memperbaiki strategic asset allocation melalui penerapan ALM secara bertahap.

Melihat pada profil produk asuransi umum yang rata-rata short term, maka ALM untuk perusahaan asuransi umum seharusnya lebih sederhana daripada perusahaan asuransi jiwa sehingga dapat diaplikasikan segera.

Masa depan ALM sebagai pasangan metode RBC

ALM merupakan proses atau metode yang dapat menyempurnakan metode RBC. Sifatnya lebih preventif, dapat memberikan Early Warning Signs secara real time, sementara RBC merupakan data past performance tepat ketika laporan RBC disajikan.

Kombinasi penerapan ALM, RBC, dan PSAK 36 akan efektif apabila perusahaan asuransi juga telah mengadopsi IFRS 17 (draft PSAK 74), karena dalam proses ALM harus dilakukan segregasi produk dan underlying aset masing-masing.

Proses ini ada dalam IFRS 17, termasuk revaluasi liability secara periodik, walaupun belum real time seperti valuasi aset investasi.

ALM untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan juga IFRS 17 telah lama diterapkan di negara-negara maju dan negara-negara Asia seperti Singapura dan India.

Semoga segera menyusul diterapkan di industri perasuransian Indonesia. Tentu harus dengan infrastruktur dan regulasi terpadu antarpelaku dalam ekosistem bisnis perasuransian, sehingga tidak akan terdengar lagi berita ambruknya perusahaan asuransi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com