JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan atau startup marak melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap karyawannya dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Fenomena ini terjadi di Indonesia maupun banyak negara lain.
Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir mengatakan, fenomena tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Menurutnya, faktor pertama adalah dari sisi eksternal, seperti perang, inflasi, hingga akhirnya memicu lonjakan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara.
"Ada faktor perang di awal 2022 dan terjadi kenaikan suku bunga untuk penanganan inflasi. Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Selasa (6/12/2022).
Faktor kedua, ekspektasi tinggi dari investor setelah melihat siklus bisnis atau business cycle yang terjadi dengan sangat cepat bagi perusahaan, khususnya sektor teknologi ketika momentum pandemi Covid-19. Perusahaan teknologi disebut mengalami percepatan pertumbuhan dalam pada 2020-2021.
"Ini bisnis cycle yang amat cepat. Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Dan banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021," tutur Pandu.
Baca juga: Ini Salah Satu Penyebab Startup Lakukan PHK Massal
Terkait dengan besarnya gaji karyawan, Pandu menilai, hal itu bukan menjadi salah satu pemicu fenomena PHK. Sebab, SDM bukan menjadi pengeluaran terbesar perusahaan startup.
Besarnya gaji yang diberikan startup dinilai sebagai sebuah tren untuk mendapat talenta terbaik di beberapa tahun lalu. Adapun pada tahun ini diakui sudah semakin menurun.
Baca juga: Gelombang PHK Startup: Biaya Operasional, Dana Investor, hingga Pemenuhan Hak Karyawan
Menurut Pandu, yang menjadi faktor ketiga terjadinya badai PHK adalah karena beberapa tahun lalu perusahaan banyak melakukan bakar uang sebagai strategi mendapatkan pasar yang besar.
"Anggaran perusahaan terbesar bukan di sumber daya manusia. Banyak perusahaan kini refocus pada bisnis mereka dan dan mengurangi burning cost, entah itu di marketing cost, business processing cost, semuanya itu dikurangi secara signifikan," ucap Pandu.
Baca juga: Kurangi Bakar Uang, Startup Dinilai Harus Pikirkan Cari Untung