Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

Penerbangan Indonesia Akan Masuk 4 Besar Dunia

Kompas.com - 09/12/2022, 13:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENERBANGAN Indonesia, terutama jumlah lalu lintas penumpangnya, diprediksi akan menjadi nomor 4 terbesar di dunia, di bawah China, Amerika Serikat, dan India. Kondisi tersebut akan terjadi tak lama lagi, pada tahun 2039.

Tahun 2019 lalu, penerbangan Indonesia masih di nomor 10 di bawah Amerika, China, Inggris Raya, Spanyol, India, Jepang, Jerman, Italia, dan Perancis.

Itu bukan prediksi saya, tapi prediksi Asosiasi Maskapai Penerbangan Internasional (IATA).

Prediksi tersebut kembali diungkapkan oleh Regional Director Airplane Financial & Economic Analysis Boeing Comercial Company, Rowen R Vishwa pada seminar yang diadakan Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) pada 7 Desember lalu. Boeing adalah pabrikan pesawat terbesar di dunia yang berpusat di AS.

Menurut Boeing, pasar penerbangan Indonesia sebelum pandemi Covid-19 sudah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah ketersediaan kursi penerbangan per kilometer (available seat kilometers/ ASK) mencapai 13 juta kursi. Pesaing terdekat adalah Thailand dengan 8 juta kursi.

Kekuatan penerbangan Indonesia itu setara dengan 45 persen dari kekuatan penerbangan regional ASEAN.

Dengan produk domestik bruto yang mencapai 1.110 miliar dollar AS dan terus bertambah, populasi penduduk 279 juta jiwa yang sebagian besar adalah kelas menengah dan pengeluaran dari rumah tangga yang terus meningkat, maka diprediksi pertumbuhan pergerakan penumpang pesawat di Indonesia akan meningkat pesat menjadi sekitar 390 juta pada 2037.

Pada 2019 lalu, jumlah total lalu lintas penumpang pesawat Indonesia sekitar 116 juta pergerakan penumpang.

Saya kebetulan ikut dalam seminar tersebut. Terlepas dari kemungkinan bahwa Boeing mengeluarkan pernyataan tersebut sebagai gimmick promosi jualan pesawat mereka, saya setuju dan percaya bahwa potensi penerbangan Indonesia sangatlah besar.

Kepercayaan saya sejalan dengan kepercayaan para pendahulu bangsa ini dan bahkan pemerintahan Kolonial Belanda yang sejak awal kemunculan pesawat terbang sudah mengenalkan teknologi dan industrinya kepada masyarakat jajahannya di Nusantara.

Mereka yakin bahwa masa depan Nusantara yang berbentuk kepulauan ini adalah di bidang kedirgantaraan.

Para teknolog Indonesia sudah piawai dan terus menerus mengembangkan kepiawaian mereka dalam membuat pesawat sejak awal-awal kemerdekaan, atau jauh sebelum BJ. Habibie membuat pesawat N250 yang fenomenal itu.

Sebut saja nama-nama Nurtanio, Wiweko Soepono dan beberapa nama lain yang sudah bisa menciptakan pesawat terbang, walaupun masih dalam taraf sederhana sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia saat itu.

Konsistensi industri dan bisnis

Memang prediksi IATA dan Boeing tersebut bukannya tanpa syarat. Salah satu syaratnya tentunya adalah konsistensi industri dan bisnis penerbangan di Indonesia harus terus dijaga supaya berkelanjutan dan terus berkembang.

Investasi di bidang ini harus terus didorong masuk. Investasi bukan hanya dipermudah masuk, tapi juga harus dapat berkembang dan diperhatikan keberlanjutannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com