BPS mengungkapkan, tingkat pengangguran terbuka [TPT] pada Agustus tercatat 5,86 persen. Meski demikian, kondisi ketenagakerjaan terus membaik seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di Indonesia.
Angka TPT pada Agustus 2022, lebih rendah dibandingkan Agustus 2021 yang tercatat sebesar 6,49 persen.
Indonesia memimpin negara tetangganya Asean dalam pertumbuhan ekspor, dengan pertumbuhan dan surplus perdagangan sebesar 32 persen yoy.
Neraca perdagangan negara menunjukkan surplus karena ekspor komoditas bersih didukung oleh kenaikan harga komoditas.
Pada periode 9 bulan pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung ekspor barang dan jasa yang naik 21,64 persen secara tahunan (year on year) dengan kontribusi mencapai 26,23 persen, meningkat dari kontribusi pada triwulan ke-2 dengan persentase sebesar 24,74 persen.
Data Kementerian Perdagangan memperlihatkan bahwa pada triwulan ke-3, 2022, total ekspor Indonesia mencapai 78,20 miliar dollar AS, mengalami peningkatan 27,30 persen secara tahunan.
Kinerja ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai 73,84 miliar dollar AS dengan pertumbuhan 26,28 persen
Pasar komoditas itu sedang mengalami transformasi dari ekspor bijih nikel di masa lalu, menjadi besi dan baja sekarang, dengan tujuan yang jelas untuk beralih ke ekspor terkait baterai lithium dan kendaraan listrik di masa depan.
Kinerja positif ekonomi Indonesia juga tercermin pada kinerja pasar modalnya. Bursa Efek Indonesia menunjukkan pertumbuhan 8,3 persen tahun 2022 pada bulan September, sehingga menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik secara global.
Fakta yang tak boleh diabaikan, Indonesia sukses menjadi tuan rumah KTT Kelompok 20 di Bali pada pertengahan November. Presidensinya di G20 merupakan bukti kebijakan progresif, tata kelola, dan kemauan untuk menjadi anggota penting dalam berkontribusi pada ekonomi global.
Bahkan, dari rangkaian perhelatan KTT G20 tersebut, Indonesia berhasil meraih komitmen investasi 8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 125 triliun (asumsi kurs Rp 15.600 per dolar AS).
Indonesia terus berusaha menarik sejumlah besar pengembara digital dan investor setiap tahun karena biaya hidup yang relatif rendah, serta kantong komunitas teknologi yang dinamis di tempat-tempat seperti Jakarta, Bali, dan kota-kota satelit utama.
Baru-baru ini Indonesia juga membuka pintunya lebih luas ke ekonomi global, dengan inisiatif yang mengesankan untuk menarik perantau digital dan wisatawan kesehatan.
Meskipun negara ini telah lama dikenal sebagai oasis ramah bagi pengembara digital, pemerintah meresmikannya tahun ini dengan meluncurkan Visa Rumah Kedua untuk Bali, yang menawarkan visa jangka panjang bagi pengembara digital dan investor.
Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company (2022), ekonomi digital Asia Tenggara tumbuh sebesar 67 persen antara tahun 2020 dan 2022.
Nilai barang dagangan kotor (GMV) meningkat dari 116 miliar dollar AS pada tahun 2020 menjadi 194 miliar dollar AS pada 2022.
Laporan tersebut juga memproyeksikan ekonomi digital Asia Tenggara melampaui 330 miliar dollar AS pada 2025.
Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah melihat nilai industri digitalnya tumbuh secara signifikan dari 41 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 77 miliar dollar AS pada 2022, dengan perkiraan pertumbuhan volume barang dagangan kotor sebesar 22 persen, yoy.