Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Alasan Gelombang PHK Startup, Soal Biaya Operasional sampai Potensi Resesi 2023

Kompas.com - 12/12/2022, 17:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena badai pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan rintisan masih terjadi menjelang akhir tahun 2023.

Sejak awal tahun, sekurang-kurangnya terdapat 19 perusahaan startup yang melakukan PHK massal di Indonesia. Peristiwa itu terjadi di tengah kabar potensi resesi global atau resesi 2023.

Lantas, apa sebenarnya yang terjadi pada perusahaan startup pada tahun 2022 ini?

Perusahaan modal ventura sebagai penyalur dana investor berbagi pandangan terkait gelombang PHK startup yang masih belum surut menjelang akhir tahun 2023.

Baca juga: Daftar PHK Massal Startup Bertambah Panjang, Kini Ada 19 Perusahaan Sepanjang 2022

SVP Value Creation Alpha JWC Ventures Ricky Chandra mengatakan, menekan biaya operasional perusahaan menjadi salah satu faktor startup banyak melakukan PHK massal.

Sebab, porsi terbesar biaya operasional perusahaan paling banyak berasal dari gaji karyawan.

Oleh karenanya kata dia, ketika startup ingin merampingkan struktur perusahaan agar kondisi keuangan lebih baik, maka salah satu langkah yang diambil ialah mem-PHK karyawan agar biaya operasionalnya dapat ditekan.

"Karena paling besar itu biasanya opex (operational expenditure/biaya operasional). Opex itu paling besarnya adalah dari gaji," ujarnya kepada wartawan di Hutan Kota Plataran, Jakarta.

Selain untuk gaji karyawan, dalam biaya operasional itu ada juga biaya pemasaran yang cukup besar. Namun biaya pemasaran ini tentu tidak dapat terlalu ditekan karena dapat menghambat pertumbuhan bisnis.

Di sisi lain, Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menilai, gelombang PHK Startup ini bukan karena investor kehabisan uang dan menarik investasinya di perusahaan rintisan.

Menurut dia, saat ini pasar Indonesia masih merupakan pasar yang potensial dan pendanaan bukan hanya dari luar negeri saja, tapi juga banyak investasi dari dalam negeri.

“Sepertinya, kalau dibilang kehabisan duit, enggak ya. Karena, kalau dilihat belakangan ini makin banyak investor. Bukan dari lokal saja, tapi juga regional dan global juga melihat ke pasar Indonesia,” ujar Roderick, dalam acara CEO Live Series #1 : Peluang Akselerasi Ekonomi Digital dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta.

Baca juga: Startup Glints Umumkan PHK 198 Karyawan

Roderick mengungkapkan, PHK yang terjadi dilakukan lantaran adanya potensi resesi di masa depan.

Sehingga, banyak investor yang lebih bersikap hati-hati dalam memilih investasi di perusahaan starup digital.

“Memang mungkin lebih dikaitkan, apakah ada potensi resesi di masa depan. Dimana cost of capital investor naik dalam 1-2 tahun ini, karena dulunya suku bung hampir nol, jadi rupiah (lebih murah),” lanjut dia.

Sedangkan, Founding Partner AC Venture Pandu Patria Sjahrir menilai, fenomena yang terjadi belakangan ini tidak terlepas dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, yang agresif.

Hal ini menyebabkan cost of capital naik sejak November-Desember 2021.

Fenomena ini membuat banyak investor memindahkan asetnya dari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi atau high growth, dan mencari perusahan dengan aset yang aman seperti komoditas.

"Banyak yang lari ke komoditas, juga precious metal, kepada asset class yang lain. Nah untuk perusahaan teknologi yang sangat high growth dan benefit dari low cost environment itu mereka mengalami penurunan karena banyak investor lari," tutur Pandu.

Namun menurut Pandu yang juga Managing Partner di Indies Capital, saat ini justru menjadi waktu yang sangat menarik untuk melihat perkembangan startup, karena masih adanya pertumbuhan di sektor teknologi.

Meski terlihat masih menggiurkan, Pandu juga mewanti-wanti founder startup bahwa investor akan lebih berhati-hati.

"Investor kini cenderung mencari startup yang bisa menjadi solusi permasalahan yang ada pada masyarakat dari hulu ke hilir," tandas Pandu.

Baca juga: Menyusul GoTo, Kini Giliran Sayurbox PHK Karyawannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com