Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Habib Riansyah Nisab
Business Analyst

Saya adalah seorang business analyst dan market researcher

Inklusivitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum

Kompas.com - 14/12/2022, 17:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Habib Riansyah Nisab dan Rahayu Widayanti

PEMERINTAH sudah menetapkan Indonesia menuju mobil listrik. Terakhir, keluar peraturan tentang pengalihan mobil pemerintah berbahan bakar berbasis fosil ke mobil berbahan bakar listrik. Hal ini menjadi faktor pendorong berkembangnya mobil listrik di Indonesia.

Saat ini populasi mobil listrik di Indonesia masih rendah. Data per Juli 2022, hanya ada sekitar 2.000 unit mobil listrik.

Angka ini akan meningkat cepat karena pemesanan Hyundai Ioniq per September saja sudah mencapai sekitar 3.200 unit.

Belum lagi masuknya mobil listrik dengan level harga yang paling laku di Indonesia, yaitu Rp 200 jutaan seperti Wuling, dan kemungkinan akan disusul oleh merek-merek lain.

Pemerintah menargetkan tahun 2030 sebanyak 187.500 unit mobil listrik sudah wira-wiri di jalanan Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga menerbitkan beberapa peraturan untuk mengembangkan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), mulai dari keringanan bea masuk baterai hingga tarif listrik yang lebih murah bagi kendaraan.

Keberadaan SPKLU di tempat-tempat umum sangat penting untuk menarik konsumen membeli mobil listrik. Jika tidak ada jaringan SPKLU, maka mobil listrik tidak akan berkembang. Sudah mahal, susah pula mengisi daya, demikian tentunya keluhan konsumen.

Sekarang ini infrastruktur pengisian daya mobil listrik sedang giat dibangun. Jika beberapa tahun yang lalu baru PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang giat membangun SPKLU, kini lebih banyak lagi pihak yang berpartisipasi dalam pembangunan pengisian baterai mobil listrik ini.

Alhasil, jumlah SPKLU bertambah dengan cepat. Kini sudah tersedia 521 unit SPKLU di seluruh Indonesia (per November 2022).

Jumlah ini akan bertambah lebih cepat lagi karena mobil yang buangannya rendah polusi ini mulai diproduksi di Indonesia sejak tahun ini. Harganya lebih murah 30 persen dibanding mobil impor.

Peminatnya membludak sehingga inden pemesanan sampai 10 bulan. Dengan demikian, jumlah mobil listrik akan meningkat tajam pada tahun-tahun mendatang.

Peningkatan populasi mobil listrik menarik investor SPKLU. Pemerintah mentargetkan sebanyak 25.000 unit SPKLU sudah tersedia di tempat-tempat umum di seluruh Indonesia.

Perintisan yang dilakukan PLN yang bergerak karena penugasan dari Pemerintah, kemudian diikuti oleh pihak swasta ketika pasarnya sudah semakin nyata. Dengan demikian, mereka yang turut membangun jaringan SPKLU bisa dikelompokkan sebagai berikut:

  1. PLN yang mendapat penugasan pemerintah untuk mengembangkan jaringan SPKLU dan kini mengembangkannya sebagai bisnis.
  2. Pemegang merk mobil listrik seperti Hyundai, Mitsubishi, Mercedes Benz dan Tesla. Mereka membangun jaringan SPKLU dengan tujuan mendukung penjualan mobilnya. Jika jaringan SPKLU tidak banyak, maka tentu minat konsumen untuk membeli mobil listrik tidak akan besar.
  3. Perusahaan transportasi (termasuk transportasi online) seperti Grab, Blue Bird, Trans Jakarta. Mereka membangun jaringan SPKLU untuk keperluan kendaraan mereka sendiri (tidak untuk umum).
  4. Perusahaan jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seperti Pertamina Retail dan Shell. Penjualan BBM mereka akan menurun dengan semakin banyaknya mobil listrik sehingga mereka bersiap-siap beralih produk.
  5. Perusahaan yang berspesialisasi pada bisnis SPKLU, dan lain-lain.

Baterai mobil listrik yang terisi penuh mampu menempuh jarak 200 km – 400 km, tergantung jenis mobilnya.

Berkendaraan di dalam kota, katakanlah, pergi pulang menempuh jarak 100 km – 150 km. Ini sudah termasuk wira-wiri ke berbagai tempat dan memperhitungkan kemacetan, di mana konsumsi daya listrik bertambah.

Jadi, untuk pengunaan kendaraan sehari-hari dengan aktivitas normal, pengisian daya di rumah sudah mencukupi. Bahkan, tergantung mobilnya, bisa untuk lebih dari satu hari.

Sebagaimana diketahui, pada saat membeli mobil listrik, konsumen diberi perangkat untuk mengisi daya listrik. Untuk mengisi penuh baterai, diperlukan waktu sekitar 8 jam dari posisi nol hingga penuh 100 persen.

Namun, baterai tidak harus diisi hingga penuh. Yang penting cukup untuk perjalanan sesuai kegiatan esok hari. Jadi bisa diisi beberapa jam setiap kali tiba di rumah sepulang dari bepergian

Namun, ada faktor lain lagi, yaitu rasa aman. Karena mobil listrik adalah produk baru dan jaringan SPKLU belum banyak, para pengendara membutuhkan rasa aman bahwa baterainya memiliki daya yang cukup.

Katakanlah minimal 40 persen. Jika baterai tersisa 50 persen, mereka sudah harus mencari SPKLU. Kelak, jika SPKLU sudah banyak, maka tentu angka minimal dini akan lebih rendah.

Oleh karena itu, keberadaan SPKLU di tempat umum penting untuk memberi rasa aman kepada para pengendara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com