NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu (14/12/2022) waktu setempat, atau Kamis pagi waktu Indonesia/WIB. Pergerakan harga minyak mentah dunia didorong oleh ekspektasi kenaikan permintaan di tahun 2023.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka mengalami kenaikan 2,02 dollar AS atau 2,4 persen menjadi 82,7 dollar AS per barrel. Kemudian, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga naik 1,9 persen menjadi 77,28 dollar AS per barrel.
Kenaikan harga minyak lebih dari 2 persen terjadi setelah OPEC dan Badan Energi International (IEA) mengungkapkan potensi rebound permintaan di tahun depan. Ini dimungkinkan terjadi, karena kanaikan suku bunga AS yang tidak terlalu agresif di tengah melambatnya inflasi.
Baca juga: Koreksi IHSG Berpotensi Berlanjut, Simak Rekomendasi Saham Dua Analis Ini
Harga minyak mentah dunia juga mengalami kenaikan, setelah kenaikan pembelian minyak berjangka diesel jelang memasuki musim dingin di akhir tahun. Kontrak minyak mentah Brent telah kembali ke struktur pasar dengan harga yang lebih tinggi daripada pengiriman selanjutnya.
Kondisi ini menunjukkan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan mereda. Sebelumnya, pergerakan harga minyak masuk dalam struktur contango, dimana pengiriman bulan depan lebih murah daripada yang bulan selanjutnya.
Pergerakan harga minyak juga didorong oleh sentimen kebocoran yang mengakibatkan pemadaman aliran pipa Keystone milik TC Energy Corp, yang mengirimkan 620.000 barrel per hari minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat. Para pejabat setempat mengatakan pembersihan akan memakan waktu setidaknya beberapa minggu.
Baca juga: IHSG Kemarin Melemah, 10 Saham Ini Banyak Diborong Asing
Sinyal bearish juga datang dari kenaikan stok minyak mentah AS yang berada pada posisi lebih dari 10 juta barrel pekan lalu, dan menjadi yang terbesar sejak Maret 2021. OPEC menilai, di tahun 2023, permintaan minyak akan tumbuh sebesar 2,25 juta barrel per hari (bpd) menjadi 101,8 juta bpd, dengan potensi kenaikan dari China, sebagai importir utama dunia.
IEA, melihat permintaan minyak China pulih tahun depan setelah kontraksi 400.000 bpd pada tahun 2022. IEA memperkirakan, pertumbuhan permintaan minyak di tahun 2023 akan menjadi 1,7 juta bpd dengan total 101,6 juta bpd.
“Aturan yang ada mendukung harga minyak hingga tiga digit. Volatilitas baru-baru ini menjadi sentimen positif kedepan, dan untuk kuartal II tahun depan, diperkirakan akan terjadi kenaikan harga baru,” kata Oswald Clint, seorang analis di Bernstein.
Baca juga: ESDM: Payung Hukum Investasi, Revisi UU Migas Sangat Dinantikan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.