Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Saran Bank Dunia agar Ekonomi Indonesia Lebih Tangguh

Kompas.com - 16/12/2022, 08:34 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) menyoroti tiga hal yang perlu dipertimbangkan Indonesia untuk bertahan di tengah tantangan global.

Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023-2025 diperkirakan akan melambat dibandingkan tahun ini, yakni rata-rata sebesar 4,9 persen. Hal ini dikarenakan permintaan global yang melemah, kondisi pembiayaan global yang lebih ketat, arus modal keluar dan tekanan mata uang dapat memicu pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diharapkan.

"Saya ingin menyoroti tiga isu yang perlu dipertimbangkan untuk mengelola kondisi yang menantang ini dan membangun ekonomi yang lebih kuat dan tangguh," ujar Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen saat acara peluncuran Laporan Bank Dunia: Indonesia Economic Prospect edisi Desember 2022 di Energy Building, Jakarta, Kamis (15/12/2022).

Baca juga: Bank Dunia Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Jadi 5,2 Persen

1. Memfokuskan kebijakan makroekonomi ke stabilitas ekonomi

Dia bilang, ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kondisi global yang masih akan penuh tantangan ke depannya. Untuk itu, dia menyarankan agar pemerintah mengalihkan fokus kebijakan makroekonomi dari pertumbuhan ke stabilitas ekonomi.

Sebab, saat ini Indonesia memang telah berhasil mempertahankan makroekonomi yang stabil, dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan inflasi yang terjaga.

Namun ke depannya ruang kebijakan makro kemungkinan akan menyusut akibat inflasi yang berkelanjutan didorong oleh penguatan nilai tukar dollar AS dan ketidakpastian global di pasar minyak.

2. Mendorong kebijakan fiskal yang proaktif

Menurut dia, kebijakan fiskal yang proaktif akan sangat penting agar Indonesia dapat mengatasi ketidakpastian global.

Misalnya dengan mendorong basis pajak melalui pelaksanaan reformasi pajak yang berkelanjutan sesuai Undang-undang Harmonisasi Pajak dan meningkatkan kepatuhan pemungutan pajak usaha.

"Hal itu akan menciptakan ruang untuk berinvestasi dalam program pro-growth dan human capital serta memungkinkan perluasan program bantuan sosial dan asuransi sosial yang tepat sasaran," ucapnya.

3. Melakukan reformasi struktural

Dia menyebut, pemerintah perlu melakukan reformasi struktural untuk mendorong potensi pertumbuhan Indonesia, yang saat ini sudah mulai dilakukan pemerintah dengan menerbitkan omnibus law cipta kerja, UU harmonisasi pajak, UU transfer fiskal pemerintah, dan tentu saja UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).

"Seperti yang kita ketahui, hari ini (Kamis) DPR sedang memberikan suara pada paket hukum (UU P2SK) yang sangat signifikan untuk pendalaman sektor keuangan. Ini juga merupakan langkah maju yang signifikan," tukasnya.

Baca juga: Semerbak Asa Ekonomi Indonesia di 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com