KEBIJAKAN Pemerintah melakukan impor beras menuai polemik. Beras impor sebanyak 5.000 ton dari Vietnam telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022).
Beras impor tersebut merupakan bagian dari total 200.000 ton yang direncanakan datang bertahap hingga sebelum panen raya 2023.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjelaskan, impor beras dilakukan untuk menstabilkan harga beras di tengah gangguan pasokan beras nasional. Dengan impor beras, maka volume cadangan beras pemerintah (CBP) akan kembali normal.
Harga beras sampai November 2022 menunjukkan peningkatan. Harga beras premium meningkat dari Rp 9,824/kg pada Januari 20022, menjadi Rp 10.511/kg atau meningkat hampir 7 persen.
Sementara harga beras medium meningkat hampir 8 persen dari Rp 9.381 menjadi Rp 10.122 per kg.
Di samping memberatkan konsumen, kenaikan harga beras yang cukup tinggi menjadi salah satu penyebab kenaikan inflasi tahunan saat ini sebesar 5,42 persen.
Negara-negara produsen beras ASEAN juga mengalami kenaikan. Rata-rata harga beras di Thailand (kualitas 5 persen broken) meningkat 6,94 persen secara tahunan.
Tren peningkatan harga juga terjadi di Vietnam, negara yang sama-sama masuk daftar produsen beras utama dunia. Harga beras di Vietnam meningkat 2,94 persen secara tahunan.
Jadi kenaikan harga beras bisa disimpulkan merupakan fenomena pasar. Di satu sisi adanya kondisi konsumsi melebihi produksi beras.
Di sisi lain adanya peningkatan biaya produksi akibat faktor eksternal seperti depresiasi nilai tukar, kenaikan biaya bahan baku dan biaya pendukung lainnya, seperti BBM, benih, lahan, dan pupuk.
Alasan pertama mengapa Indonesia perlu impor beras adalah kekurangan pasokan. Apakah di Indonesia terjadi kekurangan pasokan beras saat ini?
Produksi beras pada 2022 diperkirakan sekitar 32,07 juta ton, mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras 2021 sebesar 31,36 juta ton.
Sementara itu, perhitungan rata-rata konsumsi nasional saat ini mencapai 111,58 kilogram per kapita per tahun.
Jika penduduk Indonesia 245 juta (dari 257 juta saat ini) mengonsumsi beras, maka konsumsi beras sekitar 27,3 juta. Jadi secara kasar swasembada, akan terjadi surplus lebih dari 4 juta.
Atas dasar itu, organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia karena mencapai swasembada beras.