SAAT ini perekonomian global berada pada titik balik setelah dilanda berbagai guncangan selama setahun terakhir. Yang terbesar diinduksi perjuangan agresif bank sentral melawan gejolak inflasi akibat pasokan energi dan pangan yang terbatas.
Interaksi antara inflasi dan intervensi bank sentral akan menjadi kunci dalam menentukan prospek ekonomi tahun 2023, baik global, maupun nasional (Indonesia).
Dalam konteks perlambatan ekonomi global di tengah kenaikan suku bunga di AS, para ekonom telah merevisi perkiraan pertumbuhan 2023 untuk lima ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Menurut survei triwulanan terbaru oleh Japan Center for Economic Research dan Nikkei pada bulan September, produk domestik bruto (PDB) untuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand diperkirakan akan naik 4,3 persen pada 2023.
Selain itu, Indonesia relatif cukup beruntung. Permintaan pasar domestik dan harga komoditas yang menguat dan arus masuk modal, khususnya 'soft landing' yang makin deras kuat membantu Indonesia melawan ancaman angin sakal resesi global.
Dengan pengakuan investor asing atas kemajuan yang dicapai Indonesia menuju stabilitas ekonomi makro dan reformasi struktural yang lebih baik, pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan rata-rata sekitar 5 persen pada 2022 dan 2023 dan sedikit menguat pada tahun 2024.
Akan tetapi, krisis energi global yang berlarut-larut dan terganggunya arus pasokan energi, pupuk dan pangan serta potensi kerusuhan sosial menjelang pemilihan presiden pada Februari 2024, adalah risiko-risiko yang harus diwaspadai karena berpotensi memperlemah aktivitas ekonomi selama 2023.
Oleh karena itu kebijakan nasional di bidang ekonomi, terutama kebijakan moneter dan fiskal harus dijaga agar tetap ketat, sementara urusan politik dan keamanan dalam negeri harus tetap terawat.
Ditopang oleh konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang positif di tengah perlambatan ekonomi global, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia yang solid pada 2023 pada kisaran 4,5-5,3 persen sebelum meningkat menjadi 4,7-5,5 persen pada 2024. Proyeksi itu menambah optimisme bahwa ekonomi Indonesia akan stabil.
Stabilitas eksternal tetap terjaga, transaksi berjalan diproyeksikan berada pada kisaran surplus 0,4 persen - defisit 0,4 persen PDB pada 2023, diikuti surplus 0,2 persen - defisit 0,6 peren PDB pada 2024. Sedangkan transaksi modal dan finansial surplus akan didukung oleh investasi asing langsung (FDI) dan investasi portofolio.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.