Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Digital Crossover: Indonesia Masuki Era Perbankan dalam Genggaman di 2023

Kompas.com - 23/12/2022, 06:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, merujuk perkembangan pesat tersebut, dengan sendirinya, kompetisi digital services baik dari perbankan maupun bank digital semakin hangat.

Implikasi berikutnya adalah booming bank digital. Hampir semua bank digital mengalami peningkatan jumlah pelanggan.

Jenius, Blu by BCA, Bank Jago, Allo, Seabank dari Shopee, serta Raya anak perusahaan BRI menjadi bank digital yang masuk dalam top ten.

Namun demikian, terlihat pola yang menarik, bahwa pelanggan tersebar di berbagai layanan bank digital dan mobile banking dengan pola long-tail.

Maka, nampaknya tidak akan terjadi pola the winner take its all (satu pemenang mengambil semuanya) seperti halnya Google dalam searching engine dan Youtube dalam video platform.

Apa artinya? Bank Digital yang baru muncul ke permukaan sekitar 6 tahun terakhir dan saat ini tumbuh luar biasa, bahkan bisa segera akan memasuki red ocean atau persaingan sangat ketat.

Sebanyak 26 persen responden pernah membuka rekening di digital bank. Bila netizen di Indonesia kira-kira adalah 210 juta orang, artinya kira-kira 55 juta masyarakat Indonesia pernah membuka digital bank.

Melihat beberapa parameter, kami memperkirakan jumlah ini akan segera menembus 100 juta!

Kita memasuki era di mana menjadi nasabah bank digital seperti halnya pelanggan mendaftar langganan selular kira-kira pada tahun 2010-an.

Dari sisi yang lain, hasil survei menunjukkan lebih dari setengah responden pernah mengalami kendala atau mengeluhkan layanan digital banking. Keluhan utama adalah layanan tidak dapat diakses/error.

Namun yang paling perlu mendapat perhatian adalah peningkatan dalam hal-hal yang terkait saldo sudah terpotong secara tidak sah, hal ini sungguh mengkhawatirkan. Kemudian satu lagi, adalah kesulitan mengubungi customer service.

Fenomena eMoney dan eCommerce

Sementara terkait kartu kredit dan uang digital (eMoney), 5 persen responden pernah mendaftar aplikasi kartu kredit secara daring, sementara 94 persen responden telah menggunakan eMoney.

Di antara pengguna eMoney, tiga besarnya adalah Gopay, Shopee Pay, dan OVO.

Riset menemukan, terjadi kenaikan signifikan proporsi responden yang melakukan top up di atas Rp 300.000 serta top up sangat sering (beberapa kali dalam seminggu) maupun sering (kurang lebih sekali dalam seminggu) naik signifikan.

Pun demikian, sebagai sebuah alarm, keluhan dominan dalam eMoney adalah aplikasi tak bisa diakses, kartu eMoney tidak terdeteksi, top up sudah tapi tak menambah saldo, serta nominal saldo berkurang tanpa traksaksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com