Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Logam Bauksit yang Mau Dilarang Jokowi Diekspor Mentah

Kompas.com - 23/12/2022, 15:43 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Bauksit adalah salah satu logam paling banyak ditambang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, pemerintah berencana melarang ekspor bauksit mentah.

Jokowi sendiri resmi melarang ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Tujuannya agar investor mau membangun pabrik pengolahan (smelter) di dalam negeri dan bisa diekspor dengan nilai tambah yang lebih besar.

Manfaat hilirisasi lainnya tentu sangatlah banyak, dari menambah lapangan kerja hingga pemasukan pajak.

Apa itu bauksit?

Produk atau barang berbahan bauksit sejatinya sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Paling mudah adalah alat makan berupa sendok dan garpu hingga kaleng kemasan makanan.

Baca juga: Mengenal Nikel, Logam yang Lagi Naik Daun Berkat Booming Mobil Listrik

Beberapa manfaat bauksit lainnya antara lain sebagai bahan dasar tinta, campuran keramik, penutup retakan, fiber, farmasi, bahan kosmetik, pemurnian air, dan sebagainya.

Dikutip dari laman The International Aluminium Institute, bauksit adalah logam yang mengandung aluminium, bohmite, dan diaspore.

Ketiganya merupakan bahan dasar pembuatan logam aluminium, yang mana aluminium banyak digunakan sebagai campuran pembuatan besi baja.

Gibbsite bauksit adalah aluminium hidroksida (Al(OH)3), sedangkan bohmite dan diaspore batu bauksit adalah aluminium-oksida-hidroksida (AlO(OH)).

Baca juga: Sederet Manfaat Nikel dalam Kehidupan Sehari-hari

Di dunia, sebanyak 90 persen cadangan bauksit ditemukan di negara-negara tropis dan subtropis. Itu sebabnya, Indonesia yang berada di Khatulistiwa, diberkasih dengan kekayaan bauksit yang melimpah.

Bauksit adalah bahan tambang yang bisa ditemukan dengan mudah di permukaan tanah sehingga tidak perlu bersusah payah mendapatkannya.

Namun lantaran terus ditambang, cadangan di permukaan terbuka terus berkurang, di mana saat ini bauksit juga banyak ditambang di kedalaman dari 1 hingga 40 meter.

Sebelum penambangan dapat dimulai, tanah harus dibersihkan dari kayu dan tumbuh-tumbuhan. Karenanya, penambangan bauksit juga kerap dikritik sebagai aktivitas yang merusak hutan.

Baca juga: Rentetan Kecelakaan Kerja di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Bagi perusahaan tambang yang bertanggung jawab, terkadang akan menyimpan lapisan tanah paling atas untuk kemudian dipakai untuk menambal bekas galian tambang untuk rehabilitasi setelah bauksit habis.

Beberapa negara penghasil bauksit antara lain Indonesia, Australia, India, China, Selandia Baru, Vietnam, serta negara-negara Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Sementara dikutip dari laman PT Aneka Tambang Tbk (Antam), tambang bauksit pertama kali ditemukan di Kinjang, Pulau Bintan, Riau pada tahun 1924.

Oleh pemerintah Kolonial Belanda, bauksit ditambag untuk keperluan ekspor dalam bentuk bijih mentah.

Setelah Indonesia merdeka, Antam mengakuisisi tambang tersebut pada tahun 1968, menjadikan BUMN itu sebagai penambang bauksit tertua di Indonesia.

Penambangan bauksit terus meluas. Antam membuka tambang bauksit di Tayan, Kalimantan Barat setelah tambang di Kijang ditutup.

Baca juga: Perang Dagang Indonesia-Uni Eropa: Sawit Ditolak, Nikel Bertindak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com