NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan lebih dari 2 persen pada perdagangan Jumat (23/12/2022) waktu setempat atau Sabtu pagi waktu Indonesia/WIB. Kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh rencana Rusia yang bakal memangkas produksi setelah kebijakan pembatasan harga oleh negara G7.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 2,22 dollar AS per barrel atau 2,7 persen, menjadi 83,20 dollar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level 79,43 per barel, atau naik 2,49 persen.
Moskow berencana memangkas produksi minyak sebagai respon terhadap pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia. Hal ini mendorong kenaikan harga minyak dua kali sepekan di bulan ini.
Baca juga: Terpengaruh Suku Bunga AS hingga Covid-19 di China, Harga Minyak Dunia Turun Lebih dari 1 Persen
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, rencananya, Rusia akan memangkas 5 hingga 7 persen produksi minyak mentah pada awal 2023 sebagai tanggapan atas batasan harga.
Dengan respons Rusia tersebut, diperkirakan ekspor minyak Baltik Rusia bisa mengalami penurunan 20 persen pada Desember ini. Uni Eropa dan negara-negara G7 memberlakukan sanksi dan batasan harga minyak mentah Rusia mulai 5 Desember.
Baca juga: Kekhawatiran Badai Musim Dingin AS Buat Harga Minyak Dunia Naik Tipis
Di sisi lain, badai musim dingin yang dahsyat melanda seluruh wilayah Amerika Serikat.
Hal ini memaksa ribuan pembatalan penerbangan, selama musim liburan akhir tahun.
"Harga minyak mentah lebih tinggi karena pedagang energi fokus pada tanggapan Moskow terhadap pembatasan harga minyak Rusia dan bukan ribuan pembatalan penerbangan yang akan mengganggu perjalanan liburan," kata analis OANDA Edward Moya.
Baca juga: Eropa Diprediksi Bakal Hadapi Krisis Energi Tahun Depan
Pada hari Kamis, harga patokan minyak turun karena penerbangan dibatalkan. Badai juga mengganggu rencana pengendara untuk melakukan perjalanan selama Natal dan Tahun Baru, tetapi permintaan minyak untuk pemanas dapat meningkat karena cuaca ekstrem.
“Ketika persediaan minyak mentah AS turun dan badai musim dingin melanda AS, suhu dingin diperkirakan akan meluas ke selatan ke Texas, Florida, dan negara bagian Timur. Permintaan minyak pemanas akan melonjak,” kata Leon Li, seorang analis di CMC Markets.
Baca juga: Dunia Hadapi Krisis Energi Terburuk, Transisi Energi Perlu Segera Terlaksana
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.