Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Disrupsi Kereta Cepat

Kompas.com - 24/12/2022, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penjualan mobil dan pengguna jalan tol boleh jadi berkurang, pengusaha travel permium gigit jari, tapi tentu bukan urusan PT. KAI. Setidaknya, diasumsikan macet akan berkurang di jalur Jakarta-Bandung

Namun "kehilangan" Argo Parahyangan tidak serta merta bisa ditambal dengan hadirnya kereta cepat Jakarta-Bandung. Karena utang tentu harus dibayar terlebih dahulu, mungkin beberapa puluh tahun.

Teknologinya tetap punya China karena semuanya dibuat di sana, walaupun dipasang di sini.

Lebih dari itu, sebelumnya PT. KAI menikmati bisnis Argo Parahyangan sendiri, tapi nanti tentu harus berbagi dengan yang lain, baik dengan sesama pemilik saham dalam negeri maupun dengan China yang memiliki 40 persen saham kereta cepat.

Dengan demikian, apakah masuk akal secara bisnis? Menurut PT. KAI, keputusan memangkas waktu perjalanan menjadi 40 menit dan mengistirahatkan Argo Parahyangan tersebut masuk akal.

Jadi, anggap saja masuk akal. Toh di dalam PT. KAI sendiri, dan di dalam banyak BUMN lainya, memang banyak orang pintar dan mereka pastinya telah melakukan perhitungan bisnis terlebih dahulu.

Walhasil, mereka telah memutuskan untuk "sticked with the plan", jadi mari kita nikmati saja. Kita bisa bilang apa, toh?

Kalau Anda pernah naik kereta cepat Tokyo-Kyoto atau Mekah-Medinah, misalnya, pasti anda akan menyukainya. Nyaman dan menyenangkan.

Pengurangan jam perjalanan dari 4 jam menjadi 40 menit adalah "good deal", setidaknya begitu menurut PT. KAI atau menurut Xi Jinping.

Ongkosnya memang naik menjadi Rp 200.000 - Rp 350.000, tapi itu risiko bagi penumpang, bukan risiko bagi PT. Setidaknya, secara sarkastik kereta cepat adalah good deal. Ya, sekali lagi, good deal. Ya, secara sarkastik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+