Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Sumsel, OJK Ngeri Daerah Lain Jadi Pusat "Hacker" Penipuan

Kompas.com - 26/12/2022, 16:30 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat pusat hacker yang kerap merugikan masyarakat dengan berbagai modus penipuan kini berpindah ke daerah lain usai sebelumnya ditemukan di Tulung Selapan, Sumatera Selatan.

Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK Agus Fajri Zam mengatakan, hal ini dilihat dari para pembuat program yang merugikan di daerah lain tersebut sudah mulai bermunculan dan berkembang.

"Dan sekarang juga sudah berkembang lagi daerah baru, yang menjadi pusat hacker. Saya juga ngeri kok bisa-bisanya. Itu sudah mulai berkembang," ujar Agus saat media briefing di Plataran Menteng, Jakarta, Senin (26/12/2022).

Baca juga: Tangkal Serangan Siber, LPS Rekrut White Hat Hacker

Dia bilang, beberapa tahun lalu pusat kegiatan penipuan seperti phising, social engineering, hingga skimming berpusat di Tulung Selapan, Sumatera Selatan.

"Dari dulu yang namanya kaya card trapping, kemudian yang social engineering itu terindikasi pelaku ada di daerah Sumatera Selatan, namanya daerah Tulung Selapan," ucapnya setelah acara.

OJK dan pihak berwajib pun telah berupaya untuk menangkap para pelaku penipuan di Sumatera Selatan itu. Namun karena bantuan teknologi canggih, penipu tetap bisa menjaring korbannya.

"Tapi ya itu tadi karena dia menggunakan teknologi. Kalau orang dulu satu per satu kan, nah sekarang 'teng' itu kan ribuan terkirim datanya langsung ya itu kadang-kadang ada saja yang kena," jelasnya.

Baca juga: Heboh Ulah Hacker Bjorka, Pemerintah Dinilai Sudah Saatnya Punya Internet Mandiri

Waspada saat terima pesan teks, telepon, email dan WA

Lantaran berbagai modus penipuan masih terus mengintai masyarakat, untuk itu dia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada ketika menerima pesan teks, telepon, email, maupun pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal.

Pasalnya, begitu korban merespons panggilan dari pelaku maka akan memudahkan pelaku melancarkan aksi penipuan yang kerap tidak disadari oleh korban.

Begitu sadar, korban hanya bisa termangu karena tahu-tahu tabungan yang ada di rekeningnya habis diambil pelaku.

"Itu perlu diinformasikan ke konsumen untuk tidak gegabah menerima WA, telepon, maupun email yang masuk dan langsung bereaksi menuruti mau si pengirim," tuturnya.

Baca juga: Website Pemerintah Sering Diretas Hacker, Menkeu: Cyber Security Sangat Penting!

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com