Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Bakal Larang Ekspor Minyak Ke Negara G7, Ini Dampaknya ke RI

Kompas.com - 29/12/2022, 09:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Rusia Vladimir Putin berencana untuk untuk melarang ekspor minyak mentah ke negara G-7 mulai 1 Februari 2023. Hal ini merespon upaya G7 untuk membatasi harga jual minyak Rusia.

Berdasarkan data Eurostat per kuartal ke III 2022, Uni Eropa mengimpor minyak paling besar dari Rusia sebesar 14,4 persen, disusul AS 11,9 persen, Norwegia 10,4 persen, Saudi Arabia 9,1 persen, Iraq 7,6 persen, dan Kazakhstan 6,8 persen.

Menurut Direktur Celios Bhima Yudhistira, porsi impor minyak dari Rusia sudah menyusut jauh dari 2021 sebesar 24,8 persen menjadi 14,4 persen. Tetapi keputusan Rusia melarang ekspor minyak akan membuat Eropa kehilangan 14,4 persen, dan itu jumlah yang signifikan untuk membuat Eropa krisis energi di musim dingin.

“Indonesia harus bersiap hadapi fluktuasi harga minyak mentah, yang sebelumnya diperkirakan mulai rendah bisa berbalik arah meningkat awal tahun depan. Sentimen di pasar komoditas masih diliputi kecemasan soal kontraksi ekonomi yang membuat proyeksi permintaan turun, tapi hambatan dari sisi pasokan akibat perang Ukraina cukup serius,” kata Bhima kepada Kompas.com, Kamis (29/12/2022).

Baca juga: Rusia Bakal Pangkas Produksi Saat AS Dilanda Badai Musim Dingin, Harga Minyak Mentah Dunia Naik Lebih dari 2 Persen

Bhima mengatakan, kondisi ekonomi global tahun depan mengakibatkan harga minyak mentah akan berada dikisaran 85-90 dollar AS per barrel.

Dia menilai kondisi ini berdampak pada subsidi BBM yang tidak pasti, meski alokasinya cukup besar di APBN 2023.

“Kita harus mempersiapkan diri menghadapi roller coaster harga komoditas terburuk sepanjang sejarah pada tahun depan,” jelas dia.

Baca juga: Ada Ekspektasi Kenaikan Permintaan pada 2023, Harga Minyak Mentah Dunia Naik 2 Persen

Ekonomi Eropa diperkirakan memburuk

Bhima mengungkapkan, dari pembatasan ekspor minyak Rusia tersebut, China dan India akan diuntungkan. Karena, kedua negara ini diperkirakan akan siap menampung minyak murah dari Rusia. Apalagi China tengah membuka aktivitas ekonomi paska pelonggaran pandemi Covid-19.

Sementara itu, dampak ke negara Eropa akan terjadi inflasi yang lebih tinggi dan berdampak ke krisis biaya hidup yang memburuk. Saat ini banyak pabrik diminta mengurangi kapasitas penggunaan energi, yang berarti pabrik melakukan efisiensi termasuk pengurangan karyawan.

“Harga BBM yang naik akan memukul berbagai sektor di Eropa, kemungkinan lebih buruk dari depresi besar 1930,” tegasnya.

Baca juga: Eropa Diprediksi Bakal Hadapi Krisis Energi Tahun Depan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com