Tak terlihat sungai di Singapura yang bantarannya terganggu permukiman yang melanggar aturan, baik di sungai yang dinormalisasi jadi kanal beton seperti di Fullerton Square maupun sungai yang dinaturalisasi jadi ekosistem alami seperti Sungai Kallang.
Sebelum era itu, sungai-sungai di Singapura tak ubahnya seperti bantaran kali di Jakarta yang kumuh dan dipenuhi dengan pemukiman penduduk yang membokongi aliran air.
Baca juga: Mengenal UU Omnibus Law yang Digagalkan MK, Lalu Diganti Jokowi
Namun saat ini, tak ada lagi pemukiman kumuh di pinggiran sungai. Dari sumber sejarah, pada 1960, Pemerintah Singapura merintis program resettlement (penataan permukiman) dan memindahkan warga perkampungan ke hunian vertikal.
Mereka yang tinggal di tepian kali direlokasi pemerintah Singapura ke rumah susun.
Kini Alur Sungai Kallang meliuk-liuk alami berkilo-kilometer. Kawasan itu meriah oleh kehidupan tanaman dan satwa liar. Tak heran, banyak orang berburu foto di situ.
Ikan-ikan air tawar berenang bebas di air yang jernih. Biawak pun tak terlihat terancam berbagi ruang dengan manusia.
Sepanjang hari, seluruh taman yang dikelilingi gedung bertingkat itu juga dihibur kicauan burung dan nyanyian serangga.
Baca juga: Khrushchyovka, Cara Uni Soviet Sediakan Rumah Murah bagi Warganya
Kembalinya sungai yang sehat dan alami menarik kedatangan satwa liar yang menghidupkan rutinitas kota.
Kedatangan satwa liar itu menunjukkan lingkungan sungai yang semakin sehat dan bersih sehingga bisa menopang kehidupan alami.
Warga Singapura pun gembira dengan hadirnya satwa liar alami itu. Kehidupan mereka dibagikan salah satunya di halaman Facebook, Ottercity.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.