Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prospek Ekonomi Global Suram, Harga Minyak Dunia Turun 4 Persen

Kompas.com - 04/01/2023, 07:16 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (3/1/2023) waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia. Penurunan harga minyak dibayangi oleh permintaan yang lemah dari China, prospek ekonomi yang suram, serta dollar AS yang lebih kuat.

Mengutip Bloomberg, harga Brent untuk pengiriman Maret turun 3,58 dollar AS atau 4,2 persen, menjadi 82,33 dollar AS per barrel, dan merupakan penurunan harian terbesar dalam lebih dari tiga bulan.

Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 3,11 dollar AS menjadi 77,15 dollar AS per barrel atau melemah 3,9 persen, dan merupakan penurunan terbesar dalam lebih dari sebulan.

Baca juga: Harga Minyak Melambung, Subsidi dan Kompensasi Energi Tembus Rp 551,2 Triliun

"Ada banyak alasan untuk kekhawatiran di sini, situasi Covid-19 di China dan ketakutan akan resesi di masa mendatang memberikan tekanan pada pasar," kata analis Mizuho Robert Yawger.

Pemerintah China telah menaikkan kuota ekspor untuk produk minyak sulingan pada gelombang pertama pada 2023. Pedagang mengaitkan peningkatan tersebut dengan ekspektasi permintaan domestik yang buruk karena importir minyak mentah terbesar dunia terus berjuang melawan pandemi Covid-19.

Aktivitas pabrik China juga menyusut pada Desember tahun lalu karena lonjakan infeksi Covid-19 yang mengganggu produksi dan membebani permintaan setelah Beijing mencabut aturan pembatasan.

Baca juga: 2023, Harga Minyak Diramal Bakal Tembus 100 Dollar AS


“Ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan China, semuanya melambat secara bersamaan, membuat tahun 2023 lebih sulit dari tahun 2022 untuk ekonomi global,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Sementara itu, nilai tukar dollar AS membukukan kenaikan terbesar dalam lebih dari 2 minggu. Penguatan dollar AS ini dapat mengurangi permintaan minyak karena komoditas berdenominasi dollar AS akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sentimen lainnya muncul dari risalah pertemuan kebijakan Desember Fed AS yang akan diumumkan pada hari Rabu waktu setempat. The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada bulan Desember tahun lalu, setelah empat kenaikan berturut-turut masing-masing sebesar 75 bps.

Baca juga: Ramalan Buruk IMF: Sepertiga Ekonomi Dunia Bakal Resesi pada 2023

Mengutip data Genscape, stok minyak di pusat penyimpanan Cushing naik sekitar 176.000 barrel menjadi 28,6 juta barrel dalam sepekan hingga 30 Desember 2022. Sementara itu, stok minyak mentah diperkirakan naik 2,2 juta barrel minggu lalu.

Adapun Cadangan Minyak Strategis AS tercatat 2,7 juta barrel pada pekan lalu. Produksi minyak mentah AS pada tahun 2023 diperkirakan akan meningkat rata-rata 620.000 barrel per hari.

Commerzbank memperkirakan prospek ekonomi global memainkan peran yang jauh lebih penting dalam perkembangan harga minyak daripada keputusan produksi yang diambil oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

“Tanda-tanda pemulihan ekonomi utama, diperkirakan akan mendorong Brent kembali ke 100 dollar AS per barrel, yang dikatakan dapat terjadi mulai kuartal kedua tahun ini dan seterusnya,” ungkap analis Commerzbank.

Baca juga: Awal Tahun Cerah, Penguatan IHSG Berpotensi Berlanjut Hari Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com