NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (4/1/2023) waktu setempat atau Kamis pagi waktu Indonesia/WIB. Pergerakan harga minyak dunia dibayangi oleh kekhawatiran Covid-19 di China.
Mengutip CNBC, harga Brent berjangka menetap di level 77,84 dollar AS per barrel, atau turun 5,2 persen. Sementara itu, West Texas Intermediate berada di level 72,84 dollar AS per barrel, atau turun 5,3 persen.
"Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di tengah kekhawatiran seputar Covid-19 China dan kebijakan The Fed yang mengarah ke resesi global," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Baca juga: Tekanan Terhadap IHSG Berpotensi Berlanjut Meski Ada Sentimen January Effect
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, berdasarkan data dari China, meskipun tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana, negara tersebut kurang merepresentasikan berapa banyak orang yang meninggal, dimana wabah baru menyebar dengan cepat.
Selain itu, keadaan ekonomi global dan kenaikan suku bunga bank sentral juga membebani harga minyak mentah dunia. Indeks Manufaktur AS mengalami kontraksi pada bulan Desember 2022, dan turun untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 48,4 dari 49 pada bulan November. Institute for Supply Management (ISM) mengatakan, angka tersebut merupakan yang terlemah sejak Mei 2020.
Baca juga: Investor Asing Masih Catatkan Net Sell, Saham BBRI, BBCA, hingga EXCL Paling Banyak Dilego
Pada saat yang sama, survei dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan lowongan kerja juga turun, dan meningkatkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menggunakan pasar tenaga kerja yang ketat sebagai alasan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Produksi minyak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik pada bulan Desember lalu. Hal ini terjadi meskipun dalam kesepakatan sebelumnya, OPEC+ memangkas target produksi untuk mendukung pasar.
OPEC memompa 29 juta barrel per hari (bpd) bulan lalu atau naik 120.000 bpd dari November. Stok minyak mentah AS juga diperkirakan naik 1,2 juta barrel pekan lalu, dengan persediaan sulingan diperkirakan turun.
Baca juga: Popularitas Kripto Meredup, Nilai Transaksinya di Tanah Air Anjlok 63 Persen
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.