Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Persiapan Investor Reksa Dana 2023

Kompas.com - 06/01/2023, 09:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Amat berbeda dengan 2022 di mana naik dari 0 – 0,25 persen menjadi 4,25 – 4,5 persen atau 4,25 persen. Sebab angka inflasi Inti AS November 2022 sudah di 6 persen dan terus menunjukkan tren penurunan.

Kenaikan BI Rate juga mungkin cukup hanya 0,25-0,5 persen saja, karena per bulan Desember sudah di 5,5 persen. Angka ini sudah di atas tingkat inflasi inti 3,36 persen. Adapun diperlukan naik agar nilai tukar rupiah tidak terlalu melemah dibandingkan dollar AS.

Dengan turunnya harga minyak, harga gas, dan berbagai komoditas lainnya, tingkat inflasi 2023 di seluruh dunia dipastikan akan lebih rendah pada 2022.

Ditambah adanya kondisi resesi di Amerika Serikat dan Eropa, bukan tidak mungkin di semester II 2023 ini diskusi akan penurunan suku bunga sudah dimulai.

Potensi bahwa suku bunga akan turun inilah yang mungkin saja menjadi penyebab investor asing yang tadinya banyak melakukan penjualan obligasi negara sepanjang 2022 berbalik melakukan pembelian pada Desember 2022 hingga saat ini.

Yield atau tingkat imbal hasil Surat Utang Negara 10 tahun yang menjadi acuan, diperkirakan akan turun dari level 7 persen saat ini menjadi 6,25-6,5 persen pada akhir 2023.

Penurunan Yield SUN berpotensi membuat harga obligasi naik sehingga menguntungkan bagi reksa dana pendapatan tetap.

Persiapan investor reksa dana

Dari analisa di atas, secara umum outlook dari IHSG dan Obligasi adalah baik. Namun namanya juga saham, IHSG akan tetap lebih volatil dan rentan dengan berbagai isu baik dari dalam ataupun dari luar negeri.

Sementara untuk obligasi, meski ada tetap ada volatilitas walaupun kecil, isu yang memengaruhinya lebih terbatas, yaitu inflasi dan suku bunga.

Jika 2022 temanya adalah inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga, maka pada 2023 ada kemungkinan resesi akan menurunkan tingkat inflasi dengan cepat dan berpotensi membuat suku bunga turun.

Untuk itu, investor reksa dana perlu melakukan diversifikasi. Bagi investor yang profilnya agresif sekalipun, bobot di reksa dana pendapatan tetap setidaknya perlu ada 10-30 persen.

Sementara untuk investor yang profilnya konservatif, bobot di reksa dana berbasis obligasi ini bisa 50 – 70 persen.

Untuk pemilihan reksa dana saham juga perlu diversifikasi. Saat ini sudah banyak pilihan reksa dana saham dengan strategi yang berbeda. Ada yang pasif dengan mengacu ke indeks tertentu, ada juga yang aktif dengan value, growth investing, atau kombinasinya.

Setidaknya investor perlu memilih setidaknya dua atau tiga strategi yang berbeda supaya ketika ada satu strategi yang kurang optimal, yang lainnya bisa menutupi kekurangan tersebut.

Timing juga penting, terutama untuk investasi di reksa dana berbasis saham. Pembelian bisa dengan cara kombinasi secara bertahap setiap bulan dan market timing.

Jadi ada sebagian disimpan di reksa dana pasar uang dan ketika ada koreksi dalam, maka bisa dimanfaatkan untuk top up dalam jumlah yang relatif besar.

Demikian, semoga bermanfaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com