Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abraham Wahyu Nugroho
Pegawai Negeri Sipil

Pemerhati Kebijakan Publik

Melecut Intermediasi, Bangkit Beradaptasi Menuju Endemi

Kompas.com - 13/01/2023, 13:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, perbankan sebagai intermediasi kredit turut mempersiapkan diri atas pulihnya permintaan kredit.

Kebutuhan kredit tersebut didukung dengan likuiditas yang tetap memadai dengan mekanisme penyaluran kredit/pembiayaan yang dikondisikan tetap longgar.

Dari sisi ketahanan perbankan, bank dinilai likuiditas dan permodalannya secara agregat masih kuat dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) per November 2022 sebanyak 30,42 persen rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) per Oktober 2022 sebanyak 25,08 persen.

Korporasi merupakan segmen dengan penyumbang pertumbuhan DPK cukup tinggi dibandingkan dengan kategori pemilik lainnya.

Jadi singkatnya, korporasi merupakan kategori dengan growth pertumbuhan kredit tertinggi namun juga memiliki peran kepemilikan DPK tinggi pula diperbankan.

Suku bunga turut memainkan peran dalam peningkatan growth kredit. Kondisi sekarang, dengan suku bunga dana dan kredit yang naik namun terbatas seiring masih longgarnya likuiditas perbankan membuat suku bunga perbankan saat ini masih kondusif guna mendukung pemulihan ekonomi.

Namun, kita baiknya harus tetap mewaspadai atas dinamisasi kedepannya walaupun korporasi, UMKM, maupun sektor rumah tangga di masa pemulihan ini terus berbenah.

Faktor global berupa melambatnya pertumbuhan global dibarengi risiko stagflasi, inflasi global, terganggunya global supply chain, normalisasi kebijakan moneter global, meluasnya tensi geopolitik, serta ketidakpastian pasar keuangan global turut menahan ruang gerak pertumbuhan pemulihan ekonomi.

Sedangkan dari domestik, kita diharapkan mewaspadai berbagai risiko seperti inflasi, risiko nilai tukar dan aliran modal, risiko scarring effect untuk segmen rumah tangga, UMKM, maupun korporasi yang tidak kunjung reda.

Agar pertumbuhan kredit tetap terjaga pada targetnya, pemerintah maupun otoritas ekonomi keuangan telah menyusun beberapa strategi khususnya terkait kebijakan makroprudensial.

Strategi berupa insentif penyaluran kredit pada usaha sektor slow starter yang sangat terdampak pandemi seperti industri perhotelan, transportasi udara, kulit dan alas kaki sampai dengan industri tekstil dan turunannya.

Strategi makroprudensial lainnya berupa insentif Giro Wajib Minimum (GWM) bagi perbankan yang masif memberikan kredit UMKM pada besaran tertentu, pelonggaran Loan to Value pada kredit KPR maupun pelonggaran uang muka kendaraan, dan berlanjutnya transparansi Suku Bunga Dasar Kredit merupakan ikhtiar bersama untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com