Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Setelah Latto-latto Kian Ramai Dimainkan

Kompas.com - 15/01/2023, 21:30 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Setelah ramai di media sosial, kini permainan latto-latto makin banyak dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa.

Bagi anak-anak yang baru memainkan pasti terus berusaha agar lihai, sedangkan orang dewasa cukup mengingatnya lagi: karena mungkin dulu ada yang bisa memainkan.

Akan tetapi, bagaimana nasib permaianan ini setelah makin banyak orang yang memainkan?

Belum lagi apakah permaianan ini aman dan ramah untuk anak-anak bila dimainkan tanpa pengawasan orangtua?

Berikut ini beberapa tanggapan dan opini Kompasianer terkait permaianan latto-latto.

1. Lato-lato di Hari Pertama Masuk Sekolah

Ada yang berbeda di pandangan Kompasianer Neni Hendriati pada hari pertama sekolah: dari kejauhan sudah terdengar bunyi tok-tek-tok-tek bersahut-sahutan.

"Suaranya riuh terdengar, beberapa kelompok terlihat asyik memainkan lato-lato dan ditonton oleh yang lainnya. Kukeluarkan HP, kufoto mereka." tulisnya.

Tidak hanya satu kelompok, tapi dari beberapa tempat di sudut sekolah juga ada yang memainkan.

Nanti, lanjutnya, anak-anak akan bertepuk tangan bila ada temannya yang bisa memainkan lebih lama dari teman lainnya. (Baca selengkapnya)

2. Mengenal Dampak Positif dan Negatif Permainan Lato-Lato

Kompasianer Nina Sulistiati beranggapan, cara bermain lato-lato ini tidak terlalu mudah.

"Cara memainkan lato-lato membutuhkan teknik dan konsentrasi yang tinggi agar kedua bola yang ada dalam permainan itu dapat berayun dan saling berbenturan secara bersamaan," tulisnya.

Akan tetapi, nilai positif yang bisa diambil melainkan lato-lato yakni mampu meningkatkan fokus seseorang.

Namun, ada satu hal yang jadi perhatian Kompasianer Nina Sulistiati setelah latto-latto makin ramai dimainkan: justru terjadi polusi suara di mana-mana. (Baca selengkapnya)

3. Bijak Menyikapi Ekspansi Latto-Latto di Sekolah

Sebagaimana Kompasianer Neni Hendriati, apa yang dilihat oleh Kompasianer Akbar Pitopang pun serupa: anak-anak sekolah di tempatnya mengajar pun banyak yang memainkan latto-latto.

Sebagai pengajar, Kompasianer Akbar Pitopang berpendapat kalau bermain latto-latto boleh dimainkan oleh siswa, tapi setelah proses belajar-mengajar di sekolah.

"Ketika siswa mendengar bunyi latto-latto ketika dimainkan di sekolah maka hal itu jelas sekali akan mempengaruhi konsentrasi siswa ketika sedang mengikuti pembelajaran di kelas," tulisnya.

Adapun yang paling diwanti-wanti adalah latto-latto bisa melukai siswa, seperti kepala bengkak, gigi atau rahang berdarah, dan seterusnya. (Baca selengkapnya)

4. Lato-Lato, Bukan Sekadar Mainan Viral

Fenomena lato-lato bukan sekadar mainan yang kembali viral.

Apalagi di era media sosial, menutut Kompasianer Grii Lumakto, viralitas trend memiliki ciri khas, Citayam Fashion Week, misalnya.

Namun, sepemantauan Kompasianer Giri Lumakto, ada 5 fenomena lain yang muncul dari demam lato-lato.

"Pertama, lato lato mengembalikan anak ke dunia nyata. Pas saat momen liburan anak akhir tahun kemarin, untung lato-lato viral," tulisnya.

Menurutnya, alih-alih anak terpaku di layar smartphone bermain gim online, Lato-lato justru mengembalikan esensi bermain yang melibatkan fisik, emosi, dan komunikasi antar anak-anak sepermainan. (Baca selengkapnya)

***

Untuk membaca beragam opini maupun reportase lainnya mengenain permainan latto-latto bisa dilihat lewat Topik Pilihan Kompasiana: Maianan Jadul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com