Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Risiko Global 2023

Kompas.com - 16/01/2023, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PUBLIKASI World Economic Forum (WEF) tentang Global Risk Perception Survey (GRPS) telah menghasilkan Laporan Risiko Global tahunan selama hampir dua dekade. Laporan ini merupakan sumber utama kajian risiko global untuk WEF.

Tahun ini, GRPS baru saja mempublikasikan laporan tahun 2023 tentang risiko global yang bersumber dari survei lebih dari 1.200 pakar dari kalangan akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas internasional, dan masyarakat sipil.

GRPS mendefinisikan “Risiko Global” sebagai kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kondisi yang akan berdampak negatif signifikan pada PDB global, populasi, atau sumber daya alam. Pada tahun 2023, GPRS menyimpulkan risiko global sebagai berikut:

Pertama, terjadinya volatilitas global untuk memberikan dampak pada lanskap risiko global.
Kedua, tingkat keparahan risiko kemungkinan dirasakan dalam jangka waktu hingga 10 tahun.

Ketiga, kesiapsiagaan dan tata kelola risiko global belum cukup efektif saat ini. Para pemangku masih mencari instrumen yang paling tepat untuk mengelolanya secara efektif dan peluang tindakan sinergi global.

Keempat, para ahli ilmu pengetahuan mengidentifikasi adanya risiko baru yang akan muncul.

Saat 2023 dimulai, dunia menghadapi serangkaian risiko yang terasa sama sekali baru, namun sangat familiar.

Pertama, kembalinya risiko “lama” – inflasi, biaya hidup, perang dagang, arus keluar modal dari pasar negara berkembang, kerusuhan sosial yang meluas, konfrontasi geopolitik, dan potensi perang nuklir.

Kedua, hal Ini diperkuat oleh perkembangan yang relatif baru dalam lanskap risiko global, termasuk tingkat utang yang tidak berkelanjutan, era baru pertumbuhan yang rendah, investasi global yang rendah dan de-globalisasi, penurunan kualitas sumber daya manusia.

Ketiga, pembangunan mencapai beberapa dekade kemajuan melalui pengembangan teknologi yang cepat dan tidak terbatas, namun memiliki risiko sumber daya alam berupa tekanan yang meningkat dari dampak perubahan iklim dan peningkatan suhu udara sebesar 1,5 derajat celcius.

Menurut laporan ini, Indonesia diindentifikasi memiliki risiko ekonomi, politik, keuangan, teknologi dan sumber daya.

Risiko itu berupa krisis utang, konflik antardaerah dan etnik, inflasi tinggi yang cepat dan lama, ketidaksetaraan akses digital dan perebutan potensi sumber daya.

Dalam melakukan tindakan mitigasi, mayoritas responden menganggap pemerintah, kerjasama multilateral dan organisasi internasional sebagai pemangku kepentingan yang paling relevan untuk mengatur risiko global.

Namun disadari bahwa risiko global itu kompleks, dan kesiapsiagaan yang efektif harus sinergi dari tindakan di tingkat lokal, nasional, regional, dan global.

Kerja sama internasional telah mencapai tingkat itu mungkin tak terbayangkan bahkan seabad yang lalu. Namun, krisis yang berlebihan baru-baru ini telah mengalihkan fokus negara ke dalam dan prospek kerja sama internasional yang muncul semakin memburuk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com