Kita dapat memilih petani yang memang memerlukan bansos, misalnya yang menggarap lahan usaha tani kurang dari 0,2 ha, bukan pukul rata seperti sekarang.
Tidak perlu lagi setiap tahun Direktorat Jenderal Teknis harus mengumpulkan CPCL (Calon Petani Calon Lokasi), tetapi data tersebut disediakan oleh Biro Perencanaan dengan menggunakan satu data petani selanjutnya diverifikasi oleh Ditjen Teknis dan Pemda terkait.
Kita dapat membangun SDM dengan fokus petani milenial, misalnya, melalui satu data petani ini sehingga pengembangan pertanian yang lebih maju dan modern bisa dirancang dengan baik melalui pembinaan yang lebih terarah.
Komoditas dominan yang digarap oleh kelompok tani juga dapat diidentifikasi sehingga pengembangan komoditas per wilayah atau dikenal dengan one village one product dapat dikembangkan secara terfokus dan terarah.
Pengucuran dana KUR untuk usaha tani yang sudah dilakukan oleh bank BUMN dapat saja diintegrasikan dengan kegiatan lainnya.
Bahkan off taker untuk pembelian gabah petani dapat dilakukan oleh BULOG dengan jaminan pinjaman KUR sehingga BULOG tidak perlu kalang kabut dan harus bersaing dengan swasta menyerap gabah.
Asuransi pertanian dapat diintegrasikan kedalam KUR untuk menjamin bahwa petani bisa dilindungi meskipun terjadi peristiwa-peristiwa banjir, kekeringan maupun serangan OPT (organisme pengganggu tanaman).
Bahkan jika kita dapat menggabungkan data petani ini dengan data padi kita secara real time melalui satelit dengan kepekaan tinggi, maka kita akan tahu wilayah mana sedang panen, di mana siap panen, dan di mana yang baru fase vegetatif.
Peta spasial panenan padi secara real time memudahkan BULOG untuk serap gabah petani.
Sudah saatnya BPS menggunakan teknologi inderaja untuk data padi secara dinamis setiap bulan sehingga kita berharap tidak akan ada lagi cerita debat seru antara BULOG dan Kementan.
Semua hal di atas hanya dapat terjadi jika semua pihak terkait, yaitu Kementan, Meneg BUMN, PT Pupuk Indonesia, Bank BUMN, Pertani, Sang Hyang Seri, Jasindo, BULOG bekerja bersama-sama dikomandani oleh Kemenko Perekonomian.
Bisa dimulai dengan membangun proyek percontohan, misalnya, di salah satu desa/kecamatan yang jadi produsen beras.
Kios tani yang menyediakan pupuk, baik subsidi maupun non subsidi harus tersedia. Alat dan mesin pertanian yang terkumpul ke dalam penyewaan alsintan, jika belum tersedia, disediakan dan dibangun oleh kementan.
KUR digulirkan oleh Bank BUMN yang ditunjuk menyalurkan KUR kepada petani di mana petani hanya menerima pembiayaan untuk biaya tenaga kerja lainnya.
Sedangkan biaya benih, pupuk, pestisida dan pengolahan tanah maupun pemanenan diberikan melalui pihak kios atau penyedia jasa alsintan. Asuransi pertanian juga dibayarkan langsung ke penyedia asuransi BUMN (Jasindo).
Lalu BULOG bertindak sebagai off taker untuk membeli gabah petani dengan harga yang pantas. BPKP diminta sebagai pengawal sekaligus memonitor semua kegiatan.
Semuanya masuk ke dalam kartu tani yang berfungsi sebagai kartu debit. Kartu tani berisi kuota pupuk subsidi, benih padi dan pestisida (jumlahnya tergantung luas lahan), biaya penyewaan alsintan (pengolahan tanah dan panen), asuransi pertanian.
Jika memang perlu bansos untuk petani penggarap lahan kurang dari 0,3 ha, maka KUR hanya meng-cover yang bukan merupakan bansos. Proses mendapatkannya tetap melalui kios tani yang ditunjuk dengan menggunakan kartu tani.
Semuanya menjadi transparan karena tercatat secara otomatis di bank untuk pembayaran bansos pupuk (PT Pupuk Indonesia), benih (kepada Pertani/Sang Hyang Seri), Asuransi (Jasindo), jasa pengolahan lahan/panen (jasa Alsintan).
Dana KUR dapat digunakan untuk sewa lahan, jasa tanam, menabur pupuk dan dan pemeliharaan lainnya.
Jika sudah berjalan sempurna, maka dapat kembangkan ke berbagai lokasi. Kita mulai dengan komoditas padi dulu, baru dikembangkan untuk komoditas lainnya.
Satu data petani yang dikumpulkan di e-RDKK dapat menjadi legacy bagi pemerintah saat ini untuk membangun pertanian dan menaikkan harkat dan martabat petani kita sekaligus menyediakan pangan untuk rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.