Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Buruh Minta 1.600 Karyawan Pabrikan Sepatu PT Nikomas Tolak Tawaran "Resign", Sebut Paket Kompensasinya Murah

Kompas.com - 16/01/2023, 15:32 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Adanya penawaran pengunduran diri yang diumumkan oleh PT Nikomas Gemilang, kepada 1.600 karyawannya mendapat kecaman dari Partai Buruh.

Presiden Partai Buruh yang juga Presiden KSPI, Said Iqbal meminta kepada karyawan di sana untuk menolak penawaran tersebut. Apalagi perusahaan memakai alasan resesi global dalam pengumuman tersebut.

"Rakernas Partai Buruh bersama organisasinya memutuskan melawan PHK yang semena-mena atas nama resesi. Kami mengimbau di dalam serikat buruh di sana untuk menolak paket tersebut, karena paketnya murah," ujar Said Iqbal dalam konferesi pers secara virtual, Senin (16/1/2023).

Said Iqbal bilang, paket kompensasi yang ditawarkan kepada 1.600 karyawan PT Nikomas Gemilang terbilang rendah. Karena tidak mengacu terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang masih berlaku.

Baca juga: Penjelasan Kemenaker soal PT Nikomas: Resign Harus Inisiatif Karyawan, Bukan Paksaan atau Penawaran

PT Nikomas Gemilang merupakan pabrik sepatu olahraga yang menciptakan merek ternama seperti Nike, Adidas, Puma, dan Asics. "Karena paketnya menggunakan UU Cipta Kerja yang 0,5 kali dari peraturan, PPnya (yang dipakai) Nomor 35 Tahun 2021. Kalau nawarin paket (PHK) itu harus di atas undang-undang (ketenagakerjaan) tiga kali aturan, empat kali aturan," sebutnya.

"Kalau aturannya empat tahun ke atas, sembilan bulan pesangon gaji. Kalau tiga kali jadi 27 kali, ini rendah, akal-akalan. Karena ini (hitungan pesangon dan upahnya) dari Banten pindah ke Jawa Tengah," lanjut Said Iqbal.

Baca juga: Pabrikan Sepatu Olahraga PT Nikomas Tawarkan Resign Sukarela ke 1.600 Karyawannya, Kemenaker: Itu Tidak Dibenarkan

 


Lebih lanjut kata dia, di Indonesia tidak terdampak terhadap resesi global. Karena Indonesia, pertumbuhan ekonominya tertinggi ketiga di dunia. Kemudian, pertumbuhan alas kaki di Tanah Air pun terbilang positif mencapai 17-20 persen.

"Untuk itu Partai Serikat Buruh melawan PHK dengan dalil resesi. Enggak ada resesi. Indonesia dengan pertumbuhan ekonominya tiga terbesar di dunia, setelah India, Filipina, baru Indonesia. Indonesia negara terkaya nomor tujuh di dunia, tak ada alasan. Pertumbuhan industri alas kaki menurut Kementerian Keuangan, 17 persen sampai 20 persen. Ini akal-akalan pengusaha berdalih bayar pesangon murah," papar Said Iqbal.

Tawaran "resign" sukarela PT Nikomas Gemilang

Sebelumnya, PT Nikomas Gemilang pabrikan sepatu olahraga yang berada di Serang, Banten menawarkan pengunduran diri terhadap 1.600 pekerjanya. Humas Nikomas Gemilang Danang Widi P dalam keterangan resminya menyebutkan, alasan penawaran pengunduran diri sukarela tersebut karena adanya konflik Rusia-Ukraina yang masih terjadi hingga sekarang, kenaikan harga bahan bakar secara global, tingkat inflasi yang tinggi.

Kemudian alasan lainnya yakni penurunan pesanan dan pengaruh berbagai faktor internasional lainnya yang menyebabkan pasar sepatu olahraga internasional menurun drastis dan harga bahan baku terus meningkat.

"PT Nikomas Gemilang telah menempuh berbagai cara untuk bertahan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh tantangan, namun demi keberlangsungan perusahaan, dengan berat hati PT Nikomas Gemilang menawarkan pengunduran diri sukarela kepada karyawan dengan kuota 1.600 orang," katanya dalam keterangan tertulis tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com