Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Memasuki tahun 2023 tentunya akan membawa tantangan baru dalam kehidupan kita, khususnya finansial. Setelah dua tahun lalu perekonomian dunia diguncang habis-habisan oleh pandemi, 2023 pun tak menunjukkan tanda-tanda membaik.
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, bahkan memproyeksi perekonomian global akan mengalami tantangan yang lebih berat pada 2023 dibanding tahun lalu. IMF memprediksi hampir separuh perekonomian dunia akan mengalami resesi.
Kabar ini tentunya mengkhawatirkan banyak pihak dan kalangan, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Banyak orang yang akhirnya mulai menilik kembali bagaimana kondisi finansial mereka.
Bahkan, Joice Tauris Santi dan Djumiyati Partawidjaja, Certified Financial Planner, dalam siniar CUAN bertajuk “Cara Mengelola Uang di Tengah Gelapnya Ekonomi Dunia di 2023” dengan tautan akses dik.si/CUANKelolaUang, mengonfirmasi hal ini.
“Pasti terdampak. Mungkin yang tadinya hidupnya agak senang dikit, harus direm dikit,” ujar keduanya kompak. Meski begitu, kondisi Indonesia mungkin tak akan separah negara-negara adidaya, seperti Amerika atau China.
Baca juga: Merenungi Kembali Ekosistem Digital di Indonesia
Sebagai masyarakat, kita juga bisa mulai memperhatikan bagaimana situasi keuangan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola keuangan dalam menghadapi resesi di tahun ini.
Mengutip Harvard Business Review, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan pengeluaran. Ini bisa dilakukan dengan melakukan pencatatan secara rutin. Kemudian, analisis perilaku kita.
Jika pengeluaran terus meningkat pada hal-hal yang kurang penting, sebaiknya dievaluasi. Prioritaskan untuk mengubah kebiasaan menjadi menabung. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan pengeluaran yang tak terduga.
Salah satu pemasukan tambahan yang bisa dilakukan adalah investasi. Kegiatan ini bisa menambah penghasilan karena nilainya akan meningkat. Ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih, misalnya saham, properti, atau emas.
Untuk itu, hindari membeli benda atau barang yang cenderung memiliki penurunan nilai, seperti kendaraan. Pasalnya, investasi dilakukan untuk meraih tujuan jangka panjang. Jadi, ada baiknya untuk mulai berinvestasi dengan uang dingin sejak dini.
Mengutip Forbes, ada banyak pilihan asuransi yang bisa kita pilih. Namun, untuk menghadapi masa-masa tak terduga, asuransi kesehatan adalah yang paling utama harus dimiliki setiap orang.
Dengan memiliki asuransi, kita akan terbantu jika sewaktu-waktu didiagnosis memiliki penyakit kronis. Pasalnya, riset Lifepal mengungkapkan rata-rata kenaikan gaji bersih pekerja hanya 4,3 persen per tahunnya. Sementara itu, biaya kesehatan mencapai 10–11 persen.
Persentase kenaikan biaya kesehatan ini terbukti jauh lebih tinggi ketimbang inflasi.
Salah satu hal yang menghambat kebebasan finansial adalah utang. Jika memiliki utang, artinya akan ada uang yang keluar dari arus kas secara konstan. Hal ini tentu akan memberikan beban pada keuangan kita.
Baca juga: Mengapa Pemimpin Harus Punya Empati?