JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, di sepanjang 2022 pemerintah telah berupaya menekan guncangan akibat kenaikan harga energi global. Hal itu dilakukan dengan merealisasikan anggaran subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 551 triliun.
Realisasi itu melonjak dibandingkan alokasi awal dalam APBN 2022 yang hanya sebesar Rp 152,5 triliun, serta melampaui alokasi yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 98 Tahun 2022 sebesar Rp 502,3 triliun.
"Belanja subsidi energi yang mencapai Rp 551 triliun, ini untuk menjaga masyarakat dari guncangan harga komoditas energi yang melonjak hingga dua-tiga kali lipat pada tahun 2022," ujarnya konferensi pers usai rapat paripurna terkait APBN di Istana Negara, Senin (16/1/2023).
Baca juga: Sri Mulyani: 63 Negara Terlilit Utang, 3 Negara Asia Jadi Pasien IMF
Menurut Sri Mulyani, dengan pemberian subsidi dan kompensasi energi tersebut, maka kenaikan harga energi dalam negeri bisa ditekan. Ia bilang, kenaikan harga BBM bisa di tekan hingga 30 persen pada tahun lalu.
Kondisi itu dinilai lebih baik ketimbang negara-negara lainnya yang mengalami kenaikan harga yang tinggi imbas melonjaknya harga energi global.
"Masyarakat kita hanya merasakan kenaikannya sekitar 30 persen untuk Pertalite dan juga untuk Diesel-nya, sementara di negara-negara lain kenaikannya luar biasa tinggi," imbuh bendahara negara itu.
Ia menambahkan, harga komoditas memang bergejolak di sepanjang 2022. Seperti harga gas alam yang sempat naik hingga 155 persen, minyak mentah bumi sempat naik hingga 71 persen, batu bara sempat naik 191 persen, bahkan minyak mentah sawit (CPO) sempat naik hingga 54 persen.
Kenaikan dari harga-harga tersebut menyebabkan inflasi yang tinggi di berbagai negara, sehingga membuat daya beli masyarakat menurun. Di sisi lain, lonjakan inflasi direspons oleh bank-bank sentral semua negara dengan kenaikan suku bunga yang tinggi.
Kondisi yang terjadi di global tersebut telah mengancam pemulihan ekonomi Indonesia di 2022 usai tertekan pandemi. Namun, menurut Sri Mulyani, dengan berbagai upaya, termasuk pemberian subsidi dan kompensasi energi, maka ekonomi nasional cukup stabil di tengah gejolak ekonomi global.
Hal ini setidaknya tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang hingga tiga kuartal terjaga di kisaran 5 persen, dan diyakini pada kuartal IV-2022 realisasinya bisa mencapai kisaran 5,2 persen-5,3 persen.
"APBN selama tahun 2022 menjadi faktor untuk menstabilkan dan menjaga masyarakat dan ekonomi dari guncangan-goncangan tadi," tutup Sri Mulyani.
Baca juga: Beli Elpiji 3 Kg Bakal Pakai KTP, Stafsus Erick Thohir: Pertamina Pasti Bikin Simpel
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.