NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan hari Rabu (18/1/2023) waktu setempat atau Kamis pagi waktu waktu Indonesia/WIB.
Pergerakan harga minyak mentah dunia dibayangi oleh kekhawatiran resesi AS yang mengimbangi optimisme pemulihan ekonomi China.
Mengutip CNBC, harga minyak Brent berjangka turun 94 sen, atau 1,1 persen dan menetap di 84,98 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 70 sen, atau 0,9 persen menjadi pada level 79,48 dollar AS per barrel.
Baca juga: Pasar Menanti Keputusan Suku Bunga BI, IHSG Diproyeksi Menguat Hari Ini
Harga minyak membalikkan kenaikan pada sore hari bersama dengan indeks utama Wall Street karena komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve (Fed) AS memicu kekhawatiran bank sentral yang mungkin tidak menghentikan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Pasar pada awalnya bereaksi positif terhadap data AS yang didukung pelonggaran kenaikan suku bunga The Fed. Namun, kenaikan itu hanya sebentar karena Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan suku bunga perlu naik melampaui 5 persen untuk mengendalikan inflasi.
Microsoft Corp mengatakan akan melakukan PHK 10.000 pekerjaan dan bakal mengeluarkan biaya 1,2 miliar dollar AS. Ini dilakukan karena perusahaan bersiap menghadapi potensi resesi.
Baca juga: Investor Asing Catat Net Sell, Simak Daftar Saham yang Banyak Dilepas Kemarin
"Penjualan mengalami pelemahan, dan penurunan tajam dalam produksi industri dan kabar yang menunjukkan akan lebih banyak pemutusan hubungan kerja menambah kekhawatiran bahwa AS sudah berada dalam resesi," kata analis di ING.
Mendukung harga minyak mentah dunia di awal sesi, China melaporkan data ekonomi yang mengalahkan perkiraan setelah negara tersebut mulai mengakhiri kebijakan zero Covid-19 pada awal Desember 2022.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan, pencabutan pembatasan China akan meningkatkan permintaan minyak global ke rekor tertinggi tahun ini. Sementara itu, sanksi batas harga terhadap Rusia dapat mengurangi pasokan.
Rystad Energy mengatakan, efek sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia setelah 1,5 bulan embargo Uni Eropa dan pembatasan harga G7 tidak separah yang diperkirakan beberapa analis selama ini. Rystad mengatakan kerugian sekitar 500.000 barrel per hari, sementara itu India dan China tetap menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia.
Baca juga: Mendorong Pengawasan Serius Investasi Crypto Currency
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.