NEW YORK, KOMPAS.com - Microsoft berencana akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 10.000 karyawan sebagai bagian dari langkah-langkah pemotongan biaya yang lebih luas. Hal ini disampaikan perusahaan dalam pengajuan sekuritas pada hari Rabu (18/1/2023) waktu setempat.
PHK ini menjadikan Microsoft sebagai salah satu perusahaan teknologi yang mengurangi karyawannya karena meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Berbicara sebelum pengumuman PHK di World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan, kondisi perusahaan tidak kebal terhadap ekonomi global.
“Tidak ada yang bisa menentang gravitasi dan gravitasi di sini adalah pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan inflasi,” kata Nadella mengutip CNN, Kamis (19/1/2023).
Baca juga: Jokowi Soroti Risiko PHK, Airlangga Ungkap Strategi Pemerintah
Dalam sebuah memo kepada staf pada hari Rabu, Nadella juga mengungkapkan bahwa ada PHK juga dipicu dari perubahan permintaan dalam layanan digital sejak pandemi Covid-19, serta ketakutan akan resesi.
“Kita hidup melalui masa perubahan yang signifikan, dan saat saya bertemu dengan pelanggan dan mitra, ada beberapa hal yang menjadi jelas. Pertama, saat kami melihat pelanggan mempercepat pembelanjaan digital mereka selama pandemi, kami sekarang melihat mereka mengoptimalkan pembelanjaan digital mereka untuk melakukan lebih banyak hal dengan lebih sedikit,” ungkapnya.
Berdasarkan pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Microsoft memiliki sekitar 221.000 karyawan penuh waktu secara global per 30 Juni 2022. Sekitar 122.000 staf tersebut berbasis di Amerika Serikat.
Baca juga: Perlambatan Ekonomi Global Disebut Biang Keladi PHK Massal di Industri Padat Karya RI
Nadella mengatakan, lay off pegawai tersebut mewakili 5 persen dari total pekerja di perusahaan milik Bill Gates tersebut. Rencananya, pengurangan karyawan juga akan dilakukan hingga akhir kuartal fiskal ketiga tahun ini, atau bulan Maret.
“Perusahaan akan mengeluarkan biaya 1,2 miliar dollar AS pada kuartal kedua terkait dengan biaya pesangon, perubahan pada portofolio perangkat keras kami, dan biaya konsolidasi sewa. Keputusan ini sulit, tapi perlu,” ujar Nadella.
Sebagai informasi, beberapa perusahaan teknologi telah memangkas tenaga kerja mereka sejak awal tahun. Hal ini dilakukan karena inflasi membebani belanja konsumen dan kenaikan suku bunga menekan pendanaan.
Sementara itu, permintaan layanan digital selama pandemi juga berkurang karena orang kembali ke kehidupan offline mereka.
Amazon (AMZN) mengumumkan bahwa mereka berencana untuk memberhentikan 18.000 pekerjanya dan Salesforce mengatakan akan memangkas 10 persen dari stafnya. Induk Facebook (FB), Meta, juga baru-baru ini mengumumkan 11.000 PHK, yang terbesar dalam sejarah perusahaan. Pada bulan Oktober, Axios melaporkan bahwa Microsoft telah memberhentikan kurang dari 1.000 karyawan di beberapa divisi.
Pasar tenaga kerja secara keseluruhan tetap ketat, PHK di sektor teknologi meningkat dengan kecepatan yang mengejutkan. Sebuah laporan baru-baru ini dari perusahaan outplacement Challenger, Gray & Christmas menemukan PHK teknologi naik 649 persen pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Baca juga: Badai PHK Berlanjut, Simak 5 Perusahaan Teknologi Dunia yang Pangkas Jumlah Karyawan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.