JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengimbau perbankan untuk tidak buru-buru menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan BI ke suku bunga kredit.
Seperti diketahui, BI baru saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Kenaikan suku bunga acuan ini akan mempengaruhi suku bunga deposito dan kredit perbankan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai saat ini likuiditas perbankan berlebih sehingga seharusnya dapat mendukung ketersediaan dana, untuk penyaluran kredit bagi dunia usaha tanpa perlu menaikkan suku bunga kredit.
Baca juga: Pastikan Inflasi Tepat Sasaran, BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen
Pada Desember 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap tinggi mencapai 31,20 persen, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,42 persen.
"Oleh karena itu kami terus mengimbau dan mengajak perbankan, likuiditas kami jamin berlebih. Nah kalau likuiditas berlebih, suku bunga deposito belum tentu dan tidak harus ditransmisikan ke suku bunga kredit," ujarnya saat konferensi pers, Kamis (19/1/2023).
BI mencatat pada Desember 2022 suku bunga deposito tenor 1 bulan meningkat 108 bps menjadi 3,97 persen, sedangkan suku bunga kredit meningkat 21 bps menjadi 9,15 persen dibandingkan level Juli 2022 atau sebelum suku bunga acuan BI naik di Agustus 2022.
Baca juga: BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2023 Jadi 2,3 Persen
Kenaikan suku bunga perbankan yang terbatas tersebut dipengaruhi oleh masih longgarnya likuiditas perbankan, termasuk karena dukungan kebijakan BI yang memberikan insentif makroprudensial berupa pengurangan GWM bagi bank yang menyalurkan kredit kepada sektor prioritas dan inklusif.
"Meski BI rate naik 225 bps, likuiditas perbankan itu kan berlebih karena memang kami pastikan berlebih. Oleh karena itu kenapa suku bunga kredit itu tidak naik tinggi," ucapnya.
Menurutnya, besaran kenaikan suku bunga kredit saat ini masih kondusif untuk mendukung pemulihan ekonomi, tapi dia tetap berharap perbankan tidak menaikkan suku bunga kredit lebih lanjut.
Baca juga: Bukan Bakar Uang, Bos Seabank Ungkap Alasan Kasih Bunga Tinggi
BI mengaku akan terus mendorong perbankan untuk membentuk suku bunga kredit yang efisien, akomodatif, dan kompetitif yang dapat mendukung pemulihan ekonomi.
"Saya berterima kasih kepada bankir-bankir yang tidak menaikkan suku bunga kredit. (Kenaikan) 0,21 persen wajarlah," tukasnya.
Baca juga: Utang Luar Negeri RI Naik Jadi 392,6 Miliar AS, BI: Tetap Terkendali
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.