Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Satgas Pangan Selidiki Kasus Mafia Beras yang Dilaporkan Bulog

Kompas.com - 20/01/2023, 17:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Satgas Pangan mulai menelusuri laporan Perum Bulog terkait adanya mafia beras yang diduga memainkan harga beras sehingga menjadi mahal.

Wakil Kepala Satgas Pangan Polri, Helfi Assegar mengatakan, pihaknya akan memberikan peringatan kepada para pedagang tersebut sehingga diharapkan dapat berhenti menjual beras Bulog dengan harga tinggi.

"Namun, apabila sudah diberikan peringatan, tidak bisa (mematuhi) dan tidak mau, kita harus lakukan penegakan hukum. Ada hal-hal khusus yang jadi target kami dan tentu akan dilakukan pendalaman," kata Helfi saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (20/1/2023).

Baca juga: Harga Beras Masih Mahal, Bos Bulog Akui Masih Ada Mafia

Helfi menegaskan pihaknya akan mendukung penuh upaya pemerintah untuk menyediakan bahan pangan dengan harga stabil termasuk beras.

"Kami sudah cukup banyak melakukan penindakan, paling tidak mereka sudah diingatkan, kalau tidak diindahkan pasti ditindak," katanya.

Sebumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso tak menampik jika harga beras saat ini masih mahal.

Namun dia mengaku tak tahu apa penyebab beras masih mahal lantaran dirinya sudah menggelontorkan ratusan ribu ton beras untuk meredam harga.

Baca juga: Bulog Janji Datangkan 500.000 Ton Beras Impor Paling Lambat Pertengahan Februari 2023

Sementara di sisi lain, pria yang akrab disapa Buwas itu menduga salah satu penyebabnya adalah adanya mafia beras yang sengaja menjual beras dengan harga tinggi ke pedagang beras sehingga harga di konsumen juga mahal.

"Sebenarnya saya sudah tahu, dan saya tidak bodoh-bodoh amat. Kalau tanda kutip ada mafia, memang ada. Saya ini punya kebijakan atas dasar perintah Presiden, kita harus menggelontorkan sebanyak mungkin. Tidak ada monopoli terhadap masalah perberasan, karena beras adalah kebutuhan pokok yang mendasar," kata Buwas saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (10/1/2023).

Sayangnya Buwas masih pelit bicara soal siapa oknum atau mafia beras tersebut.

Namun Buwas bilang, berdasarkan hasil video yang didapatkan, oknum tersebut bertugas menjadi koordinator dan mengintimidasi pedagang untuk mau membeli beras dengan harga mahal.

"Saya melepasnya dengan harga Rp 8.300 per kilogram, beras yang saya lepas sekarang itu berasnya impor yang notabene broken 5 atau premium, dijulanya Rp 8.300, seharusnya dengan  Rp 8.300 sampai konsumen ya 9.000 lah, tapi yang terjadi harganya tetap tinggi," ungkap Buwas.

Baca juga: Luluh, Mendag Izinkan Keran Impor Beras Ditutup 16 Februari 2023

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+