Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir: Negara Maju Ingin Tutup "Market" Kita...

Kompas.com - 23/01/2023, 08:38 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA,KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan, Indonesia tidak gentar dengan gugatan Uni Eropa (UE) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas kebijakan Indonesia melarang ekspor sejumlah kekayaan alam seperti bijih nikel hingga bauksit.

Sementara di sisi lain, kebijakan UE yang menerapkan green industrial plant  dinilai merugikan Indonesia.

"Artinya mereka ingin pelan-pelan menutup market kita. Jadi market kita harus dibuka tapi market mereka harus ditutup dengan alasan-alasan kebijakan yang tentu disusupi. Ini dinamika yang terjadi karena kalau kita lihat data ekonominya (banyak negara Eropa) menuju resesi," kata Erick dalam siaran pers, Minggu (22/1/2023).

Baca juga: Cerita Erick Thohir Bersih-bersih Asabri: Banyak yang Datang Menakut-nakuti

Erick menyampaikan Indonesia juga tengah mengalami surplus perdagangan hingga 51 miliar dollar AS, pun dengan nilai ekspor yang terus meningkat. Kondisi tersebut menurutnya menjadi kekhawatiran bagi banyak negara lain di dunia.

"Ini yang ditakutkan negara-negara pesaing kita karena memang sampai 2045 kita direncanakan mungkin masuk empat atau lima ekonomi besar dunia. Mereka sudah membaca data ini, makanya mereka ingin kita lebih lambat, istilahnya jangan cepat kaya lah Indonesia," kata Erick.

Untuk mengatasi itu, Erick menyebut Indonesia harus menjaga momentum untuk menjadi negara besar. Menurut dia, Indonesia harus bersiap mengambil langkah dalam menatap situasi perekonomian pada 2023.

Erick menyampaikan, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2023 mencapai lima persen atau menempati peringkat kedua dari negara-negara G20 di bawah India dengan 6,10 persen. Proyeksi tersebut unggul dibandingkan Cina dengan 4,4 persen, dan Amerika Serikat (AS) dengan 1 persen. Sementara negara-negara G20 lain seperti Italia, Jerman, Rusia, diproyeksikan mengalami pertumbuhan negatif

"Dinamika ke depan ditentukan oleh kebijakan hari ini. Situasi ekonomi pascapandemi kita lihat rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia sampai 2027 itu ada di 4,3 persen (data IMF). Perbandingannya dengan negara-negara G20 posisi kita sangat baik, ini konteks menarik artinya posisi kita sudah baik, apakah kita ada kekurangan, pasti ada," ucap Erick.

Mantan Presiden Inter Milan itu menjelaskan, akselerasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) menjadi kunci pertumbuhan ekonomi sekarang dan di masa yang akan datang. Menurutnya, Indonesia tidak mendapatkan manfaat besar saat terjadi commodity boom akibat mayoritas mengirimkan raw material atau bahan mentah ke luar negeri.

"Kebanyakan raw material, jadi value addednya tidak diciptakan di Indonesia, akhirnya pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan ada di negara lain. Saat commodity boom selesai, kita juga terkena efeknya, hanya sawit yang bertahan karena turunan industrinya bisa sampai 80," lanjut dia.

Baca juga: Korupsi di BUMN Bisa Bikin Ekonomi Indonesia Hancur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com