Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar 7 Perusahaan Teknologi Dunia yang Lakukan PHK Massal di Awal 2023

Kompas.com - 24/01/2023, 19:40 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketidakpastian ekonomi membuat perusahaan teknologi di dunia melakukan sejumlah efisiensi, salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja atau PHK massal.

Memasuki akhir Januari 2023, beberapa perusahaan teknologi dunia mengumumkan akan melakukan PHK massal kepada karyawannya.

Terkini, aplikasi layanan musik serta podcast digital, Spotify mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan pekerjanya.

Sebelumnya, perusahaan teknologi milik Bill Gates, Microsoft diketahui akan melakukan PHK massal kepada 10.000 karyawannya.

Baca juga: Survei: Risiko Resesi Tak Hanya Sebabkan PHK, tapi Juga Penurunan Gaji

Anak usaha Alphabet yang juga induk dari Google bernama Verily juga mengumumkan akan melakukan PHK massal terhadap 15 persen atau sekitar 240 karyawannya.

Perusahaan lainnya, seperti Amazon, ByteDanca, Vimeo dan Salasforce juga melakukan PHK pada awal tahun 2023 ini.

Berikut ini daftar perusahaan teknologi dunia yang mengumumkan akan melakukan PHK massal di awal 2023 ini.

1. Spotify

Perusahaan aplikasi layanan musik serta podcast digital, Spotify, akhirnya mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan pekerjanya.

Ini disampaikan CEO Spotify Daniel Ek dalam situs resmi perusahaan. Dalam pengumuman tersebut disebutkan, Spotify akan memangkas 6 persen dari total karyawan perusahaan untuk mengurangi biaya operasional. Daniel mengatakan, keputusan tersebut menjadi sulit, namun perlu diambil.

"Layaknya pemimpin lain, Saya berharap untuk mempertahankan tren baik dari pandemi, dan percaya bahwa bisnis global yang luas serta risiko yang lebih rendah terhadap dampak perlambatan iklan akan melindungi kami," ujar dia, dilansir dari CNN, Selasa (24/1/2023).

Asal tahu saja, perusahaan berbasis di Stockholm, Swedia, itu memiliki sekitar 9.800 karyawan secara global terhitung sampai dengan September 2022. Dengan asumsi jumlah karyawan tidak bertambah signifikan, maka PHK akan berdampak terhadap sekitar 588 karyawan.

2. Microsoft

Microsoft berencana melakukan PHK kepada 10.000 karyawannya sebagai bagian dari langkah-langkah pemotongan biaya yang lebih luas.

CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan, kondisi perusahaan tidak kebal terhadap ekonomi global.

“Tidak ada yang bisa menentang gravitasi dan gravitasi di sini adalah pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan inflasi,” kata Nadella mengutip CNN, Kamis (19/1/2023)

Ia menambahkan, PHK juga dipicu dari perubahan permintaan dalam layanan digital sejak pandemi Covid-19, serta ketakutan akan resesi.

Berdasarkan pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Microsoft memiliki sekitar 221.000 karyawan penuh waktu secara global per 30 Juni 2022. Sekitar 122.000 staf tersebut berbasis di Amerika Serikat.

Nadella mengatakan, lay off pegawai tersebut mewakili 5 persen dari total pekerja di perusahaan milik Bill Gates tersebut. Rencananya, pengurangan karyawan juga akan dilakukan hingga akhir kuartal fiskal ketiga tahun ini, atau bulan Maret.

“Perusahaan akan mengeluarkan biaya 1,2 miliar dollar AS pada kuartal kedua terkait dengan biaya pesangon, perubahan pada portofolio perangkat keras kami, dan biaya konsolidasi sewa. Keputusan ini sulit, tapi perlu,” ujar Nadella.

Baca juga: Spotify Bakal PHK 6 Persen Karyawannya

3. Verily

Anak usaha perusahaan teknologi Aphabet Inc yang bergerak di bidang penelitian kesehatan ini berencana memangkas 15 persen dari total karyawannya di awal 2023.

Mengutip CNBC, dalam email yang dikirimkan perusahaan kepada karyawan pada hari Rabu (11/1/2023), CEO Verily Stephen Gillett mengatakan perusahaan akan memberhentikan 15 persen stafnya dalam langkah restrukturisasi.

Adapun alasan PHK yang akan dilakukan kepada 240 karyawan tersebut, karena perusahaan berusaha untuk mandiri secara finansial dari perusahaan induk, Alphabet.

Sejak awal berdiri pada 2015, ini adalah PHK pertama yang menghantam perusahaan induk Google tersebut setelah gelombang PHK industri dan ketakutan akan resesi merebak.

Meskipun Google sejauh ini menghindari pemutusan hubungan kerja yang meluas seperti yang dilakukan BigTech lainnya yakni Meta, karyawan menjadi cemas karena mereka bisa menjadi karyawan yang akan di PHK berikutnya.

Beberapa proyek Verily di antaranya, lensa kontak yang dapat mendeteksi gejala diabetes, yang dihentikan pada tahun 2018, Project Baseline yakni upaya mengumpulkan data kesehatan dengan organisasi penelitian. Verily juga menyediakan platform pengujian Covid-19, yang sempat disorot oleh mantan Presiden Trump pada awal pandemi.

4.Amazon

Dilansir dari CNN, Amazon berencana memberhentikan lebih dari 18.000 karyawan karena prospek ekonomi global terus memburuk.

CEO Amazon Andy Jassy mengatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) ini akan berdampak pada beberapa tim misalnya departemen sumber daya manusia dan Toko Amazon.

"Di antara PHK yang kami lakukan pada bulan November, kami umumkan hari ini, kami berencana untuk mem-PHK lebih dari 18.000 pegawai," tulis Jassy.

Seperti telah diberitakan, jumlah itu sebenarnya naik dari laporan bulan November lalu yang disebut hanya akan memangkas 10.000 karyawan.

Jumlah ini juga menjadi PHK terbesar sepanjang sejarah berdirinya Amazon.

Adapun jumlah 18.000 karyawan yang akan di-PHK itu kurang lebih merepresentasikan 1,2 pesen dari total karyawan Amazon secara global. Gelombang PHK ini mulai dilakukan sejak November lalu dan akan dilanjutkan mulai 18 Januari 2023.

Amazon dan perusahaan teknologi lainnya secara signifikan meningkatkan perekrutan selama beberapa tahun terakhir karena pandemi mengubah kebiasaan konsumen ke arah e-commerce.

5. ByteDance

Induk dari media sosial media TikTok, ByteDance melakukan PHK karyawannya dari berbagai departemen pada akhir tahun 2022, tetapi baru terendus awal tahun ini.

Dikutip dari South China Morning Post, perusahaan yang bermarkas di China ini sedang melakukan upaya untuk merampingkan operasi.

Langkah tersebut telah memengaruhi karyawan di Douyin, TikTok versi China dengan 600 juta pengguna aktif harian, serta operasi game dan real estatnya.

Meskipun tidak ada angka pasti terkait PHK ini, kemungkinan jumlahnya mewakili sebagian kecil dari tenaga kerja ByteDance yang memiliki lebih dari 100.000 karyawan di seluruh dunia.

Dengan jumlah tersebut, ByteDance disebut sebagai salah satu pemberi kerja terbesar di sektor teknologi China.

ByteDance sendiri dimiliki secara pribadi. Oleh karena itu, ByteDance tidak berkewajiban untuk mengungkapkan informasi terkait bisnisnya secara publik.

Pemutusan hubungan kerja biasanya dilakukan atas nama optimalisasi bisnis di sektor teknologi China dan juga merupakan praktik umum bagi pemberi kerja untuk memecat karyawan yang berkinerja buruk

6. Vimeo

Dilansir dari Techcrunch, Vimeo mengawali tahun 2023 ini dengan mengumumkan akan melakukan PHK karyawannya sebanyak 11 persen.

CEO Vimeo Anjali Sud mengatakan, pengurangan karyawan ini dilakukan karena kondisi ekonomi yang sedang tidak pasti.

“Ini adalah keputusan yang sangat sulit yang sangat memengaruhi kita masing-masing. Ini juga merupakan hal yang benar untuk dilakukan agar Vimeo menjadi perusahaan yang lebih fokus dan sukses," ujar dia.

Adapun, tim yang paling terdampak PHK ini adalah divisi Sales serta Riset dan Pengembangan (R&D). Rincian jumlah karyawan yang di-PHK belum terungkap.

Sempat diketahui, per Desember 2021, Vimeo tercatat memiliki 1.200 karyawan lebih. Namun jumlah ini semestinya berkurang setelah perusahaan memangkas 6 persen karyawan pada Juli 2022.

Dengan begitu, ini bukanlah kali pertama Vimeo melakukan PHK. Tahun lalu, manajemen juga memangkas 6 persen karyawan.

Diluncurkan pada 2004, Vimeo sekarang mengklaim lebih dari 260 juta pengguna, termasuk perusahaan besar, usaha kecil, organisasi, dan pembuat konten.

7. Salesforce

Perusahaan perangkat lunak (software) Salesforce mengumumkan akan melakukan PHK terhadap 10 persen dari karyawannya. Tak hanya melakukan PHK, perusahaan juga diketahui akan menutup beberapa kantornya.

Dilansir dari CNN, Co-CEO Salaesforce Marc Benioff menjelaskan, perusahaan merekrut terlalu banyak karyawan ketika awal pandemi Covid-19. Namun begitu, setelah pandemi mereda, ekonomi global justru anjlok dan berimbas ke bisnis perusahaan. Dari sebab itu, manajemen lanats melakukan perampingan.

“Saat pendapatan kami dipercepat melalui pandemi, kami mempekerjakan terlalu banyak orang yang mengarah ke penurunan ekonomi yang sekarang kami hadapi, dan saya bertanggung jawab untuk itu.” kata dia.

Perusahaan tidak merinci berapa jumlah karyawan yang akan di PHK. Meskipun demikian, Namun, per Januari 2022 lalu, Salesforce disebut memiliki 73.541 karyawan secara global. Jumlah karyawan itu naik per Oktober 2022, menjadi 79.824 karyawan.

Baca juga: Imbas Risiko Resesi Global, Google PHK 12.000 Pekerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com