Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gapki Tak Khawatir Eropa Keluarkan Aturan Larangan Impor Sawit

Kompas.com - 26/01/2023, 12:40 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengaku tidak khawatir dengan adanya aturan Uni Eropa lewat Undang-undang Produk Bebas Deforestasi yang melarang minyak sawit Indonesia masuk.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono optimis pasar sawit akan terus tumbuh lantaran saat ini sangat banyak industri membutuhkan minyak sawit.

“Pasar sawit itu akan tetap tumbuh karena ini kan basic need ya untuk makan, energi, industri. Jadi Indonesia ketakutan kehilangan Eropa? Tidak ya! karena pasar yang lain akan terus tumbuh dengan baik,” ujar Joko Supriyono dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Baca juga: Uni Eropa Larang Impor CPO Hasil Deforestasi Hutan, INDEF: Mereka Mau Lindungi Petani Repeseed

Menurut Joko, Eropa sebenarnya juga tidak ingin melarang sawit karena pada saat Indonesia melarang ekspor sawit pada 2022, Eropa kebingungan mencari negara pengekspor sawit akibat kebutuhan industri Eropa yang cukup tinggi.

"Buktinya pelarangan ekspor pun kebingungan dan ngejar-ngejar Presiden juga,” katanya.

Indonesia, lanjut Joko, seharusnya fokus untuk memperjuangkan sawit masuk dalam perdagangan global lantaran kuota impor sawit dari negara-negara lain terus meningkat.

Dia menyebutkan ada 10 negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia yakni China, India, AS, Pakistan, Malaysia, Belanda, Bangladesh, Mesir, Rusia dan Italia.

Peringkat AS pun naik dari peringkat 5 pada tahun 2022 menjadi peringkat 3 sebagai negara pengimpor utama produk sawit Indonesia pada tahun 2022.

“AS sudah 2 juta lebih, padahal dulu cuma 400.000-an,” sebut Joko.

Hal ini juga diamini oleh Direktur Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) Sahat Sinaga.

Baca juga: Keluhkan Harga Pupuk Mahal, Petani Sawit: Dulu Rp 300.000 Per Sak, Sekarang Rp 1,2 Juta

Dia mengatakan, Indonesia tidak akan kehilangan pasar untuk sawit lantaran minyak sawit Indonesia tidak bisa ditiru oleh minyak yang lain.

"Biarin saja. Palm oil punya spefikasi tertentu yang tidak bisa ditiru minyak lain. Cokelat saja itu cuma pake minyak sawit dia tidak bisa kerek market share 65 persen ditargetkan di dalam negeri harus diusahakan," katanya.

Oleh sebab itu Sahat juga berharap agar Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mau membuat regulasi yang tepat terkait perusahan-perusahan yang buka di Indonesia.

"Kalau pabrik turunan sawit pindah sini diberi insentif. Sehingga produk hilir hdup dan nilai tambahnya tinggi. Jadi percayalah jangan terlalu khawatir dengan Uni Eropa. Kita tingkatkan produktivitas," pungkasnya.

Sebelumnya diketahui, ada sebanyak 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa melarang impor produk hasil perkebunan yang dihasilkan dari deforestasi hutan atau penggundulan hutan.

Indonesia sebagai salah satu penghasil Crude Palm Oil (CPO), juga masuk dalam beleid tersebut.

Baca juga: Indonesia-Malaysia Sepakat Perangi Diskriminasi terhadap Kelapa Sawit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com