Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketidakpastian "Hantui" Ekonomi Global 2023, Pengusaha Diminta Waspadai Naiknya Suku Bunga Acuan

Kompas.com - 26/01/2023, 18:08 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketidakpastian "hantui" ekonomi global pada 2023. Akibat ketidakpastian ini, ekonomi global diprediksi melambat. Sementara inflasi yang melejit jadi momok bagi sejumlah negara. 

Bahkan sebelumnya, Dana Moneter Dunia (IMF) menyebut sepertiga ekonomi dunia atau kurang lebih 70 negara diprediksi mengalami resesi. Sedangkan negara lainnya juga akan merasakan guncangan ekonomi yang serupa.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengingatkan kepada semua pihak agar bersiap menghadapi ketidakpastian ekonomi, yang juga dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Baca juga: Pesan Bahlil ke Mahasiswa: Jangan Bercita-cita Jadi PNS, Karyawan, TNI, Polri, tapi Jadilah Pengusaha

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Badan Pengurus Daerah DKI Jakarta Raya (BPD HIPMI Jaya) Sona Maesana mengatakan, meski dihantui resesi namun pengusaha muda di Indonesia harus tetap optimistis mengarungi tahun 2023.

Hal ini karena pemerintah telah mencabut PPKM sehingga daya beli masyarakat kembali meningkat.

Kemudian, ekonomi nasional juga diproyeksi tumbuh di angka 5,2 sampai 5,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) di 2023.

Sedangkan inflasi Indonesia diperkirakan tetap terkendali pada 5,5 persen di tahun ini atau jauh lebih baik dibandingkan negara lain seperti, Uni Eropa yang berada pada 9,2 persen.

"Meski ada ancaman resesi ekonomi, HIPMI Jaya mengajak kepada seluruh pengusaha khususnya pengusaha muda untuk optimis menghadapi 2023. Namun tetap waspada dalam mengatur strategi bisnis meski Indonesia masih dalam kondisi bagus dan stabil," ujar Sona melalui keterangannya, Kamis (26/1/2023). 

Baca juga: Pengusaha Usul No Work No Pay, Kemenaker: Indonesia Tidak Mengenal Istilah Itu

Pengusaha waspadai peningkatan suku bunga acuan

Menurutnya, agresivitas The Fed dalam melakukan kebijakan moneter akan membuat rupiah terus tertekan dalam beberapa waktu mendatang.

Hal ini harus diwaspadai dengan meningkatkan produksi dan konsumsi dalam negeri atas produk lokal dan mengurangi ketergantungan impor.

"BI yang terus meningkatkan suku bunga acuan sehingga membuat para pengusaha harus terampil dalam mengelola likuiditas serta menerapkan strategi-strategi yang jitu berdasarkan perhitungan yang matang, juga jeli melihat peluang usaha mengingat ada beberapa sektor industri yang justru naik kelas karena resesi," kata Sona.

Baca juga: Kalah Saing dengan SPBU Asing Diduga Jadi Alasan Pengusaha Ramai-ramai Jual Pom Bensin Pertamina

Pengusaha diminta tingkatkan ekspor

Lebih lanjut Sona menilai harga komoditas yang terus meningkat dan tingginya nilai dollar atas rupiah bisa menjadi peluang untuk meningkatkan produksi dalam negeri dengan tujuan ekspor.

Banyak pengusaha yang sudah memiliki produk siap ekspor sehingga harus didukung dengan pelatihan dari pemerintah serta kolaborasi dengan seluruh ITPC yang ada di setiap kedutaan di negara sahabat.

Pengusaha waspadai gelombang PHK massal

Terkait banyaknya PHK yang terjadi, Sona berpendapat bahwa hal ini sebaiknya dilakukan secara linear dengan pendapatan dan perfoma perusahaan.

Menurut dia, terdapat beberapa sektor usaha yang mengalami pertumbuhan bagus, juga tetap memperhatikan karyawan dengan melakukan penyesuaian upah sesuai dengan inflasi yang terjadi.

"Bagi perusahaan yang mengalami kerugian dan ingin melakukan PHK, harus memberikan hak pegawai sesuai kesepakatan awal dan Undang-undang yang berlaku," kata dia.

HIPMI Jaya juga berharap pemerintah agar mengoptimalkan program Kartu Prakerja demi melatih softskill Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.

 

Pengusaha waspadai tahun politik

Sona juga berharap pada tahun ini, keadaan politik bisa cukup kondusif meski sudah memasuki tahun politik. Diharapkan tidak ada gesekan yang terlalu panas dan tidak ada isu SARA yang muncul di permukaan.

"HIPMI Jaya siap menjadi penggerak utama ekonomi di Indonesia dan membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya demi mengurangi angka kemiskinan," kata dia.

Pengusaha diminta perhatikan anggaran dan lakukan restrukturisasi utang

Sementara itu, Pakar Ekonomi ISEI Aditia Febriansyah mengimbau kepada para pengusaha muda agar memperhatikan struktur anggaran bisnis dengan cara melakukan efisiensi terhadap biaya operasional dan non-operasional, serta menyiapkan dana darurat atau jaring-jaring pengaman.

Selain itu, pengusaha muda juga diminta memperhatikan utang-utang yang berjalan. Jika dapat direstrukturisasi atau penjadwalan ulang akan sangat baik. Namun jika tidak bisa, maka pastikan uutang itu dapat terbayarkan karena utang adalah persoalan reputasi.

"Yang perlu diingat pengusaha adalah menjaga reputasi karena bersifat selamanya sedangkan krisis hanya sementara," kata dia.

Pengusaha diminta jaga kualitas produk

Pengusaha juga harus mampu mempertahankan kualitas produk dan jasa yang dimilikinya demi mempertahankan konsumen. Bahkan diperkirakan akan kembali terjadi disrupsi yang akan mengubah model bisnis dan spending behaviour konsumen, sehingga diwajibkan untuk cepat beradaptasi.

Pengusaha juga diimbau untuk bisa mempertahankan tim (karyawan) sebanyak mungkin. Hal ini karena jika ada satu orang pegawai yang dipecat (PHK) maka efeknya akan dirasakan secara kumulatif baik di level mikro (kesejahterahan keluarganya) dan level makro (pengganguran nasional).

"Yang paling penting adalah pengusaha harus tetap tenang karena resesi hanya sementara," kata Adit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com