Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Buah Luhut Tak Setuju soal Food Estate Humbahas Dianggap Gagal

Kompas.com - 28/01/2023, 20:10 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Van Basten Pandjaitan buka suara ihwal tudingan yang menyebut proyek food estate yang berada di desa Desa Ria Ria, kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (humbahas) Sumatera Utara gagal.

Pria yang juga berperan sebagai Manajer Lapangan Food Estate Humbahas mengatakan, ada banyak variabel dan parameter kegagalan dalam proyek tersebut seperti faktor cuaca seperti curah hujan yang tinggi, hama, dan kondisi tanah.

"Kalau kami lihatnya sebenarnya variable dan parameter itu relatif banyak. Contoh, kalau musim hujan, cocoknya apa. Hamanya seperti apa, kondisi tanah seperti apa. Mix lah yah. Ini yang kita sampaikan tadi, kalau dibilang gagal sekarang relatif gagalnya apa," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Dolok Sanggul, Sumatera Utara, Kamis, (26/1/2023).

Baca juga: DPR RI Nilai Pengembangan Food Estate Humbahas Belum Optimal

Namun, lanjut dia, kalau sudah masuk musim tanam kelima dan masih gagal juga, hal inilah yang perlu dipertanyakan.

"Nah kalau masih gagal, baru bisa dipertanyakan apakah petani yang terlibat serius dalam menjalankan proyek ini," imbuhnya.

Van Bausten juga tak menampik banyak petani yang memilih meninggalkan lahan food estate lantaran kekurangan dana.

Oleh sebab itu pihaknya mendorong agar petani food estate untuk bermitra dengan investor atau offtaker dari perusahaan swasta.

Ke depannya pihaknya juga akan menerapkan empat skema kemitraan kepada petani dengan investor.

Skema pertama adalah investor atau offtaker akan menyerap seluruh hasil budidaya petani sesuai dengan benih yang mereka pinjamkan.

"Lalu skema yang kedua adalah semua ditanggung oleh investor misal biaya budidaya kentang anggaplah Rp 130 juta yaudah mereka semua kasih Rp 130 juta. Nah kemudian Rp 130 juta ini sendiri kan sudah ada pekerja. Nah jadi kalau petaninya tadi kerja sebagai tenaga kerja petani, biaya hariannya dia dari budidaya saja udh dapat kalau misalkan di sini anggaplah Rp 80.000-90.000 perhari nya berarti klau dia kerja selama 25 hari mungkin sudah dapat Rp 1,8 juta," jelasnya.

Baca juga: Beralihnya Tim Pengelolaan Food Estate Humbahas dari Kementan ke Kemenko Marves

Lalu skema ketiga dijelaskan dia adalah apabila sudah ada pengelola kawasan, pihaknya akan membuat lahan percontohan yang dikerjasamai dari luar kota hingga luar negeri.

"Kami lagi buat juga di sini ada research center pusat penelitian benih dan juga teknologi pertanian dan herbal. Ini akan bermitra supaya di pusat percontohan ini nanti di dalam kawasan ini pengelola kawasan ini juga punya lahan sendiri untuk mereka buat training center. Kalau ada hasil traning center ini agar dikelola untuk membiayai tim penyuluhnya. Dia bisa memodali petani klau ada yang kurang modal," bebernya.

Sementara skema yang keempat adalah akan membuka kesempatan untuk hilirisasi down streaming industri yang tujuannya untuk menambah nilai.

"Misal untuk pendingin, tentu nya kentang lalu misalnya kita punya sayur anggaplah kol kubis, kalau kita bisa sortir tadinya misal petani pergi ke penjual luar lalu kita katakan jangan sampai ke tengkukak harganya nah begitu masuk ke packing house itu bisa grading. Misal kualitas C yang paling jelek harganya anggaplah Rp 3.000, yang medium ada Rp 8.000.Ini ada guna nya packing house apa jadi ada added velue bagi petani," jelas dia.

"Jadi kami tekankan ke petani yang serius, kami akan buka kan tahap pertama gratis pembukaan lahan, tapi untuk modal benih, pupuk, dan juga tenaga kerja itu dari investor," pungkasnya. 

Baca juga: Mentan SYL Bantah Food Estate Kalteng Gagal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com