Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandeng SHIELD untuk Antisipasi Penipuan Akun Palsu, "Ride Hailing" InDrive Siap Perluas Pasar di Indonesia

Kompas.com - 30/01/2023, 12:40 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar "ride hailing online" atau ojek dan taksi online di Indonesia saat ini mulai ramai. Salah satu pendatang baru yakni inDrive, layanan "ride hailing" global yang saat ini berkembang dengan cepat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Aplikasi inDrive sendiri sudah diunduh 150 juta kali secara global sejak didirikan pada 2012. Salah satu keunikan inDrive dibanding pesaingnya adalah cara kerjanya yang seperti marketplace, dimana pengguna layanan bebas memilih pengemudi atau driver, kemudian menawar tarif atau ongkos ke driver, dan negosiasi harga tersebut berlangsung transparan.

Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara yang jadi target ekspansi inDrive, dan cakupan layanan inDrive saat ini sudah di 700 kota di seluruh dunia. Awalnya, layanan inDrive di Indonesia hadir di Manado dan Medan, namun saat ini sudah sekitar 50 kota di Indonesia termasuk Jakarta dan Surabaya. Sementara jumlah driver sudah di atas 500.000 driver.

Baca juga: Rebranding, inDrive Hanya Bebankan Biaya Jasa Aplikasi 10 Persen ke Mitra Pengemudi

"Indonesia adalah pasar yang sangat menjanjikan. Jadi, kami memutuskan untuk melakukan riset, dan kami memutuskan untuk turun tangan," ujar Roman Ermoshin, Director of Ride-Hailing (APAC) at inDrive saat ditanya Kompas.com alasannya ekspansi ke Indonesia dalam zoom meeting, beberapa waktu lalu.

"Saya kira tahun lalu, khususnya di Indonesia, ada banyak pengemudi yang bergabung dengan kami setiap hari. Alasannya karena sudah jelas, tidak ada eksklusivitas. Jika Anda bekerja untuk app ride hailing apapun, Anda tetap bisa menggunakannya dan bekerja dengan kami," lanjutnya.

Ermoshin bilang, inDrive membawa misi fighting injustice dalam layanan "ride hailing". "Kami membiarkan mereka bernegosiasi satu sama lain. Kami yakin bahwa dua orang, dua individu selalu dapat bernegosiasi dan sepakat. Begitulah cara kerja platform ini," lanjutnya.

Bisa saja dalam proses tawar menawar di aplikasi, kesepakatan harga tidak terjadi. Atau saat jam sibuk, hujan, macet, susah menemukan driver terutama untuk rute jauh.

"Pengguna mungkin perlu memasang harga sedikit lebih tinggi di aplikasi untuk waktu tertentu ini. App akan memastikan harga tersebut berada dalam kisaran harga yang diperbolehkan oleh peraturan. Jadi, begitulah cara kerjanya," lanjut Ermoshin.

Baca juga: inDriver Rebranding Jadi inDrive, Aplikasi Transportasi yang Tawarkan Harga Wajar

Namun, pasar "ride hailing" tanah air sendiri bukannya tak menantang. Walau pangsa pasar besar, namun sejumlah brand sudah lebih dulu ada dan berjuang dengan strateginya.

Bagaimana cara inDrive menyiasati hal ini?

Ermoshin mengatakan, selain memiliki keunikan cara kerja, pihaknya juga memiliki sejumlah strategi untuk menembus pasar "ride hailing" di Indonesia. Salah satunya adalah berkolaborasi dengan perusahaan Risk Intelligence dari SHIELD.

Imanuel Handjaja Ong, Director at SHIELD memaparkan, dalam hal "ride hailing" di Indonesia, volume transaksi layanan ride hailing mungkin akan mencapai 5 miliar-5,5 miliar pada 2025 dan hampir 3 persen order terjadi di platform ini.

Dengan demikian menurut Imanuel, masih ada banyak ruang untuk tumbuh dalam hal digitalisasi di Indonesia, termasuk ruang tumbuh bagi inDrive.

Baca juga: Kemenhub Minta Perusahaan Ride Hailing Tambah Sekat untuk Driver Ojol

inDrive gandeng SHIELD

Alasan kerja sama perusahaan ride hailing baru inDrive dengan perusahaan risk intelligence SHIELD, terutama untuk mengatasi penipuan akun palsu dan GPS spoofer. DOK. SHIELD Alasan kerja sama perusahaan ride hailing baru inDrive dengan perusahaan risk intelligence SHIELD, terutama untuk mengatasi penipuan akun palsu dan GPS spoofer.

inDrive membutuhkan layanan "risk intelligence" terkemuka SHIELD untuk memastikan negosiasi dan harga tetap transparan sehingga terhindar dari permasalahan seperti kenaikan tarif yang tidak wajar dan kecurangan,

Kolaborasi layanan risk inteligence ini akan membuat inDrive selalu lebih unggul dibandingkan sindikat penipuan ride-hailing di seluruh dunia, yang sering kali menggunakan akun palsu, yang dapat dibuat dengan tool seperti app cloners, menggunakan identitas curian, atau bahkan dengan mengambil alih akun yang sah.

Sebab, di dunia "ride hailing", banyak tersebar akun palsu penipu yang menyamar sebagai driver ataupun pengguna dan mereka juga bekerja secara sindikat. Sejumlah kasus akun palsu seperti ghost riders atau perjalanan yang sebenarnya tidak terjadi. Kemudian penipuan seperti spoofer GPS yang menyebabkan seolah-olah di daerah itu permintaan sedang tinggi sehingga tarif akan naik.

Baca juga: Dalam 3 Bulan, Facebook Hapus 2,2 Miliar Akun Palsu

Risk Intelligence dari SHIELD melakukan ini semua tanpa memerlukan Personal Identifiable Information (PII), memastikan inDrive tetap mematuhi undang-undang perlindungan data dan privasi di seluruh dunia tanpa mengorbankan keamanan.

"Kami biasanya meletakkan foto-foto (driver) di sana, peringkat, semua komentar, dan beberapa riwayat latar belakang di atasnya. Akun palsu tidak akan berfungsi karena kami tidak tahu apa status si pengemudi atau penumpang ini. Misalnya, seseorang ingin mengambil alih akun tersebut. Anda memiliki akun, memiliki riwayat di sana, memiliki peringkat, Anda senang dengan itu, dan seseorang mencoba meretasnya. (SHIELD) Ini membantu," ujar Ermoshin.

Baca juga: Tarif Ojol Akan Ditetapkan Gubernur, Asosiasi Driver: Itu Salah Satu Tuntutan Kami

Imanuel mengatakan, melalui kemitraan dengan inDrive, pihaknya membantu menciptakan pencegahan penipuan yang berasal dari unfairness dan injustice, serta mengubah harga yang tidak adil dan pengalaman yang tidak aman.

"Bersama-sama kami memiliki tujuan untuk memastikan harga yang adil dan wajar bagi pengemudi dan penumpang serta menghilangkan semua ketidakadilan," tutur Imanuel.

"SHIELD tidak menyediakan perlindungan privasi. Bahkan, kami mengembalikan semua data ke klien termasuk inDrive. Kami hanya membantu inDrive dengan langkah-langkahnya mencegah fraud saja dan bukan proteksi data," lanjutnya.

Teknisnya, layanan Device Intelligence SHIELD melindungi seluruh perjalanan pengguna end-to-end dan mencakup semua checkpoints dan kasus pengguna (use case), serta dari akun hingga pengambilalihan akun. SHIELD dapat mendeteksi sebelum itu benar-benar terjadi.

Kemudian layanan ini juga memiliki indikator risiko SHIELD yang mendeteksi yang biasa digunakan untuk alat dan teknik seperti GPS spoofer dan app cloners. Menurut Imanuel, di dunia ride hailing, dua risiko tersebut yang paling banyak muncul dan berpindah-pindah mengikuti lokasi.

 

Ancaman penipuan, musuh utama bisnis

Ancaman fraud jenis GPS spoofer dan app cloners, merupakan ancaman bagi berbagai bisnis, terutama bisnis ride hailing dan penggunanya. Ancaman penipuan ini tidak hanya berlaku di Indonesia tapi juga di dunia.

"Bisnis tak lagi bisa melakukan pendekatan berdasarkan negara atau pendekatan silo dalam menyusun strategi mencegah fraud. Ini khususnya sangat penting untuk bisnis global yang berekspansi di Indonesia, juga bagi bisnis Indonesia yang ingin go global," lanjut Imanuel.

Menurut dia, dalam iklim digital yang tidak pasti saat ini, ada celah dalam ruang keamanan atau kecerdasan risiko di Indonesia.

Survei penipuan global terbaru mengungkapkan bahwa satu dari enam konsumen Indonesia akan pergi ke pesaing jika tidak puas dengan sebuah merek, dengan tanggapan manajemen merek mereka.

"Faktanya, 60 persen UMKM bisnis gulung tikar dalam waktu enam bulan setelah terkena serangan penipuan," kata Imanuel.

Dengan demikian, penting untuk melakukan fraud intercepts. Mengekstraksi value bisnis lokal dan memberi mereka kemampuan untuk tumbuh.

Diharapkan, banyak perusahaan sadar bahwa kepercayaan dengan pengguna, mitra, dan pemangku kepentingan dapat menjadi salah satu pembeda terkuat yang mengarah pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan berkelanjutan.

"Misi kami untuk tahun 2023 adalah ingin membantu perusahaan lokal mendorong pertumbuhan, menghilangkan ketidakadilan, dan memastikan kesempatan yang sama bagi pengguna asli dengan meningkatkan strategi kepercayaan dan keamanan mereka," papar Imanuel.

"Kami juga perusahaan mobile first. Prioritas kami adalah terus membantu aplikasi seluler Indonesia yang berkembang pesat, apa pun industrinya, membangun kepercayaan, tidak hanya dengan penggunanya di Indonesia, tetapi semoga di seluruh dunia," lanjutnya.

Baca juga: Aplikator Pastikan Akan Patuh Pada Aturan Kemenhub Soal Tarif Ojol

Pakai inDrive aman?

Selain cara kerja unik dan pertahanan dari app cloner dan spoofer GPS, inDrive juga memastikan sisi keamanan untuk driver dan pengguna.

Untuk mencegah praktik curang driver, inDrive elakukan semua yang diminta oleh pemerintah untuk memeriksa pengemudi untuk memeriksa semua dokumen, latar belakangnya, dan semuanya, dan kami juga akan melakukan lebih banyak hal selain itu.

"Kami memeriksa profil calon driver di jejaring sosial, apa pun, kami memeriksa komentar dan tanda yang diberikan penumpang kami kepada pengemudi ini. Kami melacak perilaku pengemudinya," lanjut Ermoshin.

"Jika kami merasa dia tidak melakukan sesuatu dengan fair, maka kita akan berbicara dengannya, kita dapat mengajarinya, memberi tahu dia. Dan jika dia tidak membaik, maka kami dapat memblokirnya untuk waktu tertentu atau jika dia melakukan sesuatu yang sangat buruk, maka kami dapat memblokirnya selamanya," lanjutnya.

"Jadi jika Anda memesan layanan inDrive, dan pengemudi datang kepada Anda, kami pastikan bahwa pengemudi ini telah disaring berkali-kali dan Anda harus merasa cukup aman saat berkendara dengan dia."

Baca juga: Pengamat: Kenaikan Tarif Ojol Rugikan Driver hingga Konsumen

Sementara di aplikasi inDrive, ada fitur keselamatan di aplikasi. Pengguna dapat membagikan perjalanan Anda dengan teman atau keluarga, dapat menelepon polisi, dan kemudian ada saluran dukungan.

"Itu dari segi fisik- ride-nya cukup aman. Tapi tetap saja, kita semua manusia dan semuanya bisa terjadi. Tapi kami melakukan maksimal dari pihak kami untuk keamanan fisik," lanjut Ermoshin.

Ermoshin mengatakan, baru-baru ini pihaknya mencatat lebih dari 4 juta perjalanan per hari. Sehingga, pertumbuhan pengguna inDrive dan aplikasinya bisa jadi sasaran empuk hacker.

"Jelas, banyak orang di mana-mana, di Indonesia juga, yang mencoba bermain-main dengan layanan. Mencoba meretasnya, apa pun itu. Jadi, kami harus memberikan standar tertinggi dari tingkat keamanan tertinggi. Kami telah menginstall ini di server kami secara global, dan saluran kami sangat aman. Kalau tidak, kita tidak akan bisa menjadi perusahaan global dengan jangkauan global," kata Ermoshin.

Baca juga: Layanan Ride-Hailing inDrive Bertransformasi, Hadirkan Layanan Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com