Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Gandeng SHIELD, "Ride Hailing" InDrive Pastikan Tak Ada PHK dan Tak Pakai Strategi "Bakar Duit"

Kompas.com - 30/01/2023, 14:31 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah inflasi dan resesi global yang menghantui pada 2023, banyak bisnis digital "berguguran" dan terpaksa melakukan PHK massal karyawan. Selain itu, banyak startup yang mengalami kesulitan pendanaan.

Bagaimana dengan bisnis "ride hailing" inDrive yang targetnya masih mau bertumbuh pada 2023?

Roman Ermoshin, Director of Ride-Hailing (APAC) at inDrive menjelaskan, krisis global tidak terlalu berpengaruh ke Indonesia lantaran Indonesia kaya sumber daya alam.

Dia tak menampik banyaknya bisnis digital global yang kesulitan pendanaan cara berkembang di masa depan karena sebelumnya fokusnya adalah pada volume.

Baca juga: Gandeng SHIELD untuk Antisipasi Penipuan Akun Palsu, Ride Hailing InDrive Siap Perluas Pasar di Indonesia

Dulu, laporan volume ini membuat banyak investor tertarik lantaran suku bunga global rendah dan mudah menarik lebih banyak uang. Namun Sejak pertengahan tahun lalu, situasinya berubah karena bank sentral global mulai menaikkan suku bunga dan uang menjadi sangat mahal.

Sehingga kini menarik investasi dan pendanaan menjadi kisah yang cukup sulit. Akibatnya, perusahaan global kini tak lagi fokus pada volume, tetapi mereka berusaha menunjukkan efisiensi.

"Jadi, berapa banyak uang yang mereka keluarkan dan berapa banyak uang yang mereka hasilkan. Jika belanja versus pendapatan itu bagus, maka ada pilihan bagi mereka untuk menemui investor dan menarik lebih banyak uang," kata Ermoshin melalui zoom meeting beberapa waktu lalu.

Baca juga: Rebranding, inDrive Hanya Bebankan Biaya Jasa Aplikasi 10 Persen ke Mitra Pengemudi

inDrive, kata Ermoshin, memiliki seri (pendanaan) yang cukup banyak. Jika secara global ada 50.000 PHk di nisnis digital, saat ini inDrive masih aman.

"Bagi inDrive, penting untuk disebutkan bahwa kami belum memecat siapapun dan tidak memiliki rencana semacam ini. Kami akan mempertahankan tim dan memiliki rencana perekrutan dan ekspansi baru. Kami tidak merencanakan PHK. Ini karena kami tidak merekrut dengan cepat di tahun-tahun awal. Kami berkembang pesat tapi secara substansial," papar Ermoshin.

Soal strategi "bakar uang" dengan bonus dan insentif untuk driver dan penumpang yang kerap diterapkan pemain lain, Ermoshin bilang inDrive tak tertarik dengan strategi ini. Sebab uang yang dibakar merupakan uang investor dalam rangka akuisisi pengguna baru.

"Masalahnya, setelah kantong investor kosong, maka Anda tidak dapat membeli pengguna baru dan pengguna lama mereka dulu mendapatkan bonus dari Anda. Saat diminta lagi, Anda tidak memiliki opsi untuk memberikannya kepada mereka. Nah, seperti itulah model ride hailing yang bekerja di negara lain dan juga di Indonesia. Di dunia kami, di inDrive, ceritanya sedikit berbeda," lanjut Ermoshin.

Baca juga: inDriver Rebranding Jadi inDrive, Aplikasi Transportasi yang Tawarkan Harga Wajar

inDrive tidak menyediakan bonus dan insentif apapun, sebab cara kerjanya jadi pasar yang menemukan driver dan pengguna untuk menyepakati harga. tentunya harga yang tersepakati sudah menyesuaikan dengan kondisi hingga inflasi dan diterima kedua pihak.

"Ya, strategi kami bukan untuk menghabiskan uang, strategi kami hanya untuk melakukan pemasaran yang sangat cerdas dan taktis kepada pengguna kami, untuk memastikan biaya pemasaran masuk akal versus uang yang kami hasilkan. Dan service fee inDriver itu sangat kecil untuk pengemudi, sekitar 10 persen. Jadi, kami tidak bisa hanya meningkatkan belanjaan marketing di mana saja. Tapi itu membuat layanan kami masuk akal untuk semua orang, service fee kami rendah, dan pengemudi senang," papar Ermoshin.

Baca juga: Startup Ecommerce dan Ride Hailing Tidak Tren Lagi di Masa Depan, Ini Alasannya

Imanuel Handjaja Ong, Director at SHIELD memaparkan, dalam hal "ride hailing" di Indonesia, volume transaksi layanan ride hailing mungkin akan mencapai 5 miliar sampai 5,5 miliar pada 2025 dan hampir 3 persen order terjadi di platform ini.

Dengan demikian menurut Imanuel, masih ada banyak ruang untuk tumbuh dalam hal digitalisasi di Indonesia, termasuk ruang tumbuh bagi inDrive.

inDrive sendiri lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan Risk Intelligence terkemuka SHIELD untuk meningkatkan kepercayaan penggunanya dengan ketimbang menerapkan strategi bakar uang.

Baca juga: Bisnis Transportasi Online Dinilai Gagal Membuka Lapangan Kerja Baru, Apa Alasannya?

 

Layanan SHIELD untuk inDrive

Teknisnya, layanan Device Intelligence SHIELD melindungi seluruh perjalanan pengguna end-to-end dan mencakup semua checkpoints dan kasus pengguna (use case), serta dari akun hingga pengambilalihan akun. Kami dapat mendeteksi sebelum itu benar-benar terjadi.

Kemudian layanan ini juga memiliki indikator risiko SHIELD yang mendeteksi yang biasa digunakan untuk alat dan teknik seperti GPS spoofer dan app cloners.

Menurut Imanuel, di dunia ride hailing, dua risiko tersebut yang paling banyak muncul dan berpindah-pindah mengikuti lokasi.

Ancaman fraud jenis GPS spoofer dan app cloners, merupakan ancaman bagi berbagai bisnis, terutama bisnis ride hailing dan penggunanya. Ancaman penipuan ini tidak hanya berlaku di Indonesia tapi juga di dunia.

"Bisnis tak lagi bisa melakukan pendekatan berdasarkan negara atau pendekatan silo dalam menyusun strategi mencegah fraud. Ini khususnya sangat penting untuk bisnis global yang berekspansi di Indonesia, juga bagi bisnis Indonesia yang ingin go global," lanjut Imanuel.

Menurut dia, dalam iklim digital yang tidak pasti saat ini, ada celah dalam ruang keamanan atau kecerdasan risiko di Indonesia.

Survei penipuan global terbaru mengungkapkan bahwa satu dari enam konsumen Indonesia akan pergi ke pesaing jika tidak puas dengan sebuah merek, dengan tanggapan manajemen merek mereka.

"Faktanya, 60 persen UMKM bisnis gulung tikar dalam waktu enam bulan setelah terkena serangan penipuan," kata Imanuel.

Sebagai informasi, Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara yang jadi target ekspansi inDrive, dan cakupan layanan inDrive saat ini sudah di 700 kota di seluruh dunia. Awalnya, layanan inDrive di Indonesia hadir di Manado dan Medan, namun saat ini sudah sekitar 50 kota di Indonesia termasuk Jakarta dan Surabaya. Sementara jumlah driver sudah di atas 500.000 driver.

"Indonesia adalah pasar yang sangat menjanjikan. Jadi, kami memutuskan untuk melakukan riset, dan kami memutuskan untuk turun tangan," ujar Ermoshin saat ditanya alasannya ekspansi ke Indonesia, beberapa waktu lalu.

Ermoshin mengatakan, pihaknya tertarik untuk IPO, namun itu untuk 2024-2025 saat dinilai situasi global sudah membaik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com