Sebenarnnya logika yang sama juga menjangkiti komoditas lain, seperti beras, daging, jagung, dan garam.
Tak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak mengetahui penurunan kapasitas produksi nasional masing-masing komoditas tersebut, namun pada akhirnya kebutuhan atas kebijakan impor dianggap rasional secara matematis dan politis.
Dan sebagai tambahan, kondisi serupa pula yang membuat kita semua harus menyaksikan gejala deindustrialisasi di negeri ini, tren kontribusi sektor industri terus merosot.
Hampir semua pihak mengetahui hal tersebut sedari dulu, tapi pemerintah memilih tidak melakukan mitigasi secara berarti, selain keranjingan dengan "proyek-proyek infrastruktur" yang menurut majalah Economist sekalipun, tak membuahkan peningkatan signifikan pada investasi langsung asing. Bahkan tak jarang justru menggerus produksi beberapa komoditas dalam negeri, seperti semen dan besi-baja.
Karena investor asing juga mempertimbangkan nasib investasinya karena penegakan dan kepastian hukum yang sangat lemah di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.