JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai keputusannya untuk tidak melakukan lockdown atau karantina wilayah pada awal pandemi Covid-19 merebak sudah tepat.
Orang nomor 1 RI itu mengatakan, sebagian besar masyarakat kalangan menengah atas pada saat itu mendorong pemerintah untuk menerapkan lockdown guna menghentikan penyebaran Covid-19.
“Menteri juga sama, 80 persen minta lockdown,” ujar dia dalam Mandiri Investment Forum di Fairmont Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2023).
Baca juga: Dipanggil Jokowi ke Istana, Buwas: Bahas Harga Beras, Bukan Reshuffle
Namun demikian, Jokowi bilang, dirinya perlu mempertimbangkan bukan hanya sebagian kalangan masyarakat, tapi seluruh lapisan masyarakat.
Oleh karenanya, pemerintah memutuskan untuk tidak menerapkan lockdown dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi dan bertahan masyarakat yang terbatas.
“Begitu kita lockdown, hitungan saya saat itu, enggak ada 3 minggu kita pasti sudah rusuh. Tabungan mereka, stok mereka, bahan makanan mereka, enggak akan bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Baca juga: Kirim Surat Ke Jokowi, Bupati Sumenep Minta Jalur Rel KA di Madura Direaktivasi
Jokowi mengakui, pada awalnya pemerintah “gugup” menghadapi pandemi Covid-19, sebab tidak punya pengalaman tersebut. Namun pemerintah melihat respons negara lain guna mempelajari permasalahan tersebut.
“Bagaimana mengendalikan kesehatan ekonomi, pandemi versus ekonomi bukan hal yang mudah, ngurusi pandemi saja enggak pernah tidur kita,” katanya.
Pemerintah pun kesulitan untuk mendapatkan berbagai alat medis yang berkaitan dengan penanggulangan Covid-19, mulai dari masker, APD, hingga vaksin.
Baca juga: Profil Sodetan Ciliwung yang Dibilang Jokowi Mangkrak 6 Tahun
“Kalau vaksin hanya sejuta 2 juta mudah, tapi negara kita ini negara besar, 280 juta orang yang tersebar di 17.000 pulau bukan hal yang mudah,” katanya.
Oleh karenanya, Jokowi mengajak masyarakat untuk bersyukur, Indonesia telah melewati masa sulit itu, di mana saat ini pemulihan sudah berjalan.
“Kita ini sering lupa bersyukur, sering lupa. Tapi kalau kita ingat di 2020 kemudian di 2021, kemudian di 2022, wajib hukumnya kita bersyukur,” ucapnya.
Baca juga: Akui Hilirisasi SDA Banyak Tantangan, Jokowi: Kita Tidak Akan Goyah oleh Tekanan-tekanan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.