Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yayasan Konservasi Alam Nusantara
Organisasi Nirlaba

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014.

Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.YKAN.or.id.

Jalur Efektif Kejar Target Turunkan Emisi

Kompas.com - 02/02/2023, 10:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Nisa Novita, Ph.D dan Retno Sari*

TANGGAL 2 Februari menjadi salah satu momentum penting dalam dunia konservasi, dengan ditetapkannya sebagai Hari Lahan Basah Sedunia (HLBS), sejak 1971.

Penetapan ini bertujuan meningkatkan kesadaran global mengenai peran penting lahan basah bagi manusia dan bumi.

Tahun ini, HLBS mengangkat tema, “Wetlands Restoration” yang menyoroti kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan restorasi lahan basah.

Ekosistem lahan basah merupakan suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan air, yang memiliki karakteristik daratan dan perairan.

Indonesia memiliki ekosistem lahan basah terluas di dunia yang meliputi gambut, mangrove, rawa air tawar dan riparian. Sekitar 40,5 juta hektare ekosistem lahan basah terbentang dari Sabang sampai Merauke. Namun, bagaimanakah kondisi terkini ekosistem ini?

Mengutip laman worldwetlandsday, lahan basah dunia menghilang tiga kali lebih cepat ketimbang hutan dan diperparah dengan kondisi bahwa lebih dari 35 persen lahan basah telah terdegradasi sejak 1970.

Di Tanah Air, hasil penelitian kerja sama Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) pada 2022, menunjukkan bahwa laju kerusakan tutupan mangrove selama 10 tahun terakhir adalah 1,3 kali lebih cepat dibandingkan kawasan lain di Asia Tenggara (Arifanti, et.al, 2022).

Emisi historis Gas Rumah Kaca (GRK) yang ditimbulkan dari kerusakan mangrove dalam kurun tersebut sebesar 15 persen dari total emisi sektor kehutanan Indonesia tahun 2020 yang mencapai 28 Megaton CO2 ekuivalen per tahun.

Indonesia memiliki luas gambut sebesar 13,43 juta hektare, berdasarkan kajian penelitian bertajuk Revisiting Tropical Peatlands in Indonesia: Semi-detailed Mapping, Extent and Depth Distribution Assesment yang dilakukan oleh Anda et.al (2021).

Angka tersebut menempatkan Indonesia menjadi pemilik lahan gambut tropis terluas di Asia.

Sementara berdasarkan Peta Mangrove Nasional (KLHK, 2021), luas ekosistem mangrove Indonesia tercatat sekitar 3,36 juta hektare.

Belasan juta hektar luasan gambut dan mangrove tersebut adalah aset dalam upaya mitigasi perubahan iklim, melalui skema solusi iklilm alami (Nature Climate Solution).

Solusi Iklim Alami merupakan serangkaian upaya mitigasi perubahan iklim yang mencakup perlindungan ekosistem berbasis bentang alam (hutan, lahan basah, dan padang rumput); pengelolaan lahan produktif (konsesi hutan, lahan pertanian, dan lahan penggembalaan); serta restorasi kawasan (hutan dan dan lahan basah).

Indonesia menerapkan sejumlah jalur mitigasi dari solusi iklim alami dalam tiga ekosistem penting, yaitu gambut, mangrove, dan hutan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com