Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Turun Dipicu Penguatan Nilai Tukar Dollar AS

Kompas.com - 03/02/2023, 06:32 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (2/2/2023) waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia. Penurunan harga minyak mentah terjadi akibat sentimen data ekonomi dan nilai tukar dollar AS yang menguat.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 1,04 persen menjadi 81,98 dollar AS per barrel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada pada posisi 75,77 dollar AS per barrel atau turun 0,84 persen.

Harga minyak menetap lebih rendah karena pesanan pabrik terkait industri AS turun, sementara nilai tukar dollar AS menguat. Hal ini membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli non-AS.

Baca juga: Stok di AS Naik Drastis, Harga Minyak Dunia Anjlok 3 Persen

Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS terbaru, pesanan baru untuk barang manufaktur AS naik secara luas pada bulan Desember 2023, sementara pesanan untuk peralatan industri dan mesin lainnya turun.

“Hal itu menyoroti lebih banyak perlambatan ekonomi, terutama di sisi industri, yang berdampak negatif bagi minyak bumi,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.

“Rebound yang terjadi dalam indeks dollar AS, telah mencapai level terendah pada sembilan bulan di awal sesi karena taruhan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih lemah, juga membebani harga minyak,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Baca juga: Permintaan AS yang Tinggi, Harga Minyak Dunia Naik 1 Persen

 


Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dollar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Sementara itu, The Fed yang menaikkan suku bunga dengan target sebesar seperempat persentase poin di awal minggu, menjanjikan peningkatan ekonomi berkelanjutan, termasuk dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari perjuangannya melawan inflasi.

"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata bank sentral AS dalam sebuah pernyataan.

Sementara inflasi tampaknya telah melambat di negara-negara ekonomi utama dunia. Bank Sentral menilai, hal ini karena cepatnya pembukaan kembali dari penguncian Covid-19.

“Investor menjadi kurang percaya diri dengan kekuatan prospek. Ini sesuatu yang dapat kita lihat berubah berulang kali pada kuartal pertama ini karena kurangnya visibilitas suku bunga dan transisi Covid-19 di China,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Halaman:
Sumber CNBC


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com