APA itu January effect? January effect atau efek Januari adalah bentuk optimisme dari para investor pasar modal bahwa harga saham akan cenderung meningkat pada Januari.
Efek Januari diyakini secara historis merupakan kesempatan dan peluang bagi para investor untuk membeli saham atau obligasi ketika harga masih rendah pada Desember. Kemudian mereka dapat menjual di pasar pada waktu harga naik pada awal tahun berikutnya.
Pada Januari, biasanya investor memperoleh keuntungan atas pembelian saham akhir tahun dan memiliki uang kas yang cukup pada Januari.
Bagi emiten atau penerbit obligasi yang baru masuk akan diburu oleh investor yang memiliki keuntungan pada Januari tersebut.
Pada masa-masa normal, January effect memang menjadi incaran investor yang mencari keuntungan melalui perdagangan di pasar modal.
Namun demikian, secara global January effect, khususnya di Indonesia tahun ini tidak terjadi. Pada awal 2023, masih terjadi aksi jual dari investor asing, baik saham maupun obligasi akibat dari berbagai macam sentimen negatif. Sentimen negatif yang mendorong aksi jual.
Probabilitas terjadinya resesi dunia merupakan bagian dari kekhawatiran mengenai adanya pelambatan pertumbuhan ekonomi global.
Bank sentral di seluruh dunia tampaknya masih akan terus memberlakukan kebijakan moneter ketat secara agresif. Ini membuat investor menjadi pesimistis.
Saat ini, para investor global selalu was-was dengan keputusan suku bunga bank sentral AS atau The Fed pada pada tahap berikutnya.
Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, 4,5 persen-4,75 persen pada 1 Februari 2023 atau Kamis (2/2/2023).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.