Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Hilangnya "January Effect"

Kompas.com - 06/02/2023, 07:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

APA itu January effect? January effect atau efek Januari adalah bentuk optimisme dari para investor pasar modal bahwa harga saham akan cenderung meningkat pada Januari.

Efek Januari diyakini secara historis merupakan kesempatan dan peluang bagi para investor untuk membeli saham atau obligasi ketika harga masih rendah pada Desember. Kemudian mereka dapat menjual di pasar pada waktu harga naik pada awal tahun berikutnya.

Pada Januari, biasanya investor memperoleh keuntungan atas pembelian saham akhir tahun dan memiliki uang kas yang cukup pada Januari.

Bagi emiten atau penerbit obligasi yang baru masuk akan diburu oleh investor yang memiliki keuntungan pada Januari tersebut.

Pada masa-masa normal, January effect memang menjadi incaran investor yang mencari keuntungan melalui perdagangan di pasar modal.

Namun demikian, secara global January effect, khususnya di Indonesia tahun ini tidak terjadi. Pada awal 2023, masih terjadi aksi jual dari investor asing, baik saham maupun obligasi akibat dari berbagai macam sentimen negatif. Sentimen negatif yang mendorong aksi jual.

Probabilitas terjadinya resesi dunia merupakan bagian dari kekhawatiran mengenai adanya pelambatan pertumbuhan ekonomi global.

Bank sentral di seluruh dunia tampaknya masih akan terus memberlakukan kebijakan moneter ketat secara agresif. Ini membuat investor menjadi pesimistis.

Saat ini, para investor global selalu was-was dengan keputusan suku bunga bank sentral AS atau The Fed pada pada tahap berikutnya.

Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, 4,5 persen-4,75 persen pada 1 Februari 2023 atau Kamis (2/2/2023).

Ini menandakan bahwa kestabilan global belum terjadi dan bahkan kebijakan monenter terus semakin ketat melawan inflasi yang tak kunjung reda.

Kekhawatiran lain adalah efek windfall profit dari harga komoditas global sudah mereda, dan bahkan harga minyak dunia akan diperkirakan anjlok hingga 60 dollar AS-70 dollar AS per barrel.

Turunnya windfall secara tiba-tiba juga akan membuat investor melepas saham-saham perusahaan migas dan pertambangan.

Bagaimana dengan kinerja ekonomi makro Indonesia?

Secara umum indikator makro ekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan pada Januari dan awal Februari 2023.

Minggu ini, Rupiah diperdagangan stabil pada tingkat Rp 15.100 per dollar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun menurun ke 6,63 persen.

Pada Januari 2023, inflasi yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Inflasi bulanan Januari 2023 tercatat sebesar 0,34 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi sebesar 0,66 persen pada bulan sebelumnya.

Penurunan inflasi tersebut terutama didorong oleh pangan atau volatile food dan harga-harga barang strategis yang dikendalikan atau administered prices.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi keseluruhan (umum) tercatat 5,28 persen tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan pada bulan sebelumnya, yakni 5,51 persen.

Masih menjadi pertanyaan apakah Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada pada kisaran 3,0 plus minus 1 persen pada semester pertama dan inflasi keseluruhan akan dapat kembali pada sasaran 3,0 plus minus 1 persen pada semester dua 2023.

Indikator inflasi inti yang dalam kendali Bank Indonesia cukup melandai. Inflasi inti bulanan tercatat sebesar 0,33 persen, sedikit di atas inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,22 persen.

Peningkatan inflasi inti pada hakekatnya sejalan dengan siklus musiman awal tahun. Inflasi inti tahunan Januari 2023 tercatat sebesar 3,27 persen, lebih rendah dibandingkan pada bulan sebelumnya, yakni 3,36 persen.

Untuk mengendalikan tingkat inflasi umum, kebijakan moneter Bank Indonesia saja tidak cukup. Koordinasi dengan Pemerintah harus terus diupayakan untuk memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut menuju ke sasaran inflasi tahunan.

Pada Januari 2023, inflasi kelompok pangan (volatile foods) menurun dari perkembangan bulan sebelumnya. Kelompok pangan mencatat inflasi bulanan sebesar 1,40 persen, menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya, yakni 2,24 persen.

Secara tahunan, kelompok pangan mengalami inflasi 5,71 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya, yakni 5,61 persen.

Kelompok harga-harga strategis (administered prices) bahkan mencatat deflasi. Kelompok harga-harga strategis bulanan mengalami deflasi 0,55 persen, menurun dari inflasi bulan sebelumnya 0,73 persen.

Perkembangan ini terutama dipengaruhi penurunan harga minyak dunia dan tarif angkutan udara dan bahan bakar minyak jenis bensin pada akhir tahun 2022.

Secara tahunan, kelompok barang strategis masih mencatat inflasi tahunan 12,28 persen, menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,34 persen.

Momentum efek Januari 2023 memang tidak dapat dimanfaatkan oleh para investor pasar modal. Namun kita berharap stabilitas makro ekonomi terus dapat diupayakan dalam bulan bulan kedepan.

Tanda-tanda resesi global semakin nyata. Kita terus berharap agar Bank Indonesia semakin memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait. Pencapaian sasaran inflasi tahunan masih cukup jauh dari realisasi hingga hari ini.

Mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi, sektor keuangan dan intermediasi perbankan secara selektif guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com