Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Masih Mahal, Pedagang Pasar: Ini Salahnya Bulog

Kompas.com - 06/02/2023, 11:43 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan saat ini harga beras masih mahal.

Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan, kenaikan harga beras ini terjadi lantaran kesalahan Bulog yang tidak melakukan penyerapan di awal tahun 2022 lalu.

"Kondisi beras saat ini masih stabil tinggi karena memang ini bermula dari kesalahan Bulog yang tidak melakukan penyerapan di awal tahun lalu. Ini jadi masalah sekarang sehingga akan mempengaruhi harga di pasaran, walaupun sudah ada impor tetapi tetap juga proses berkurangnya beras di pasaran itu memang jadi persoalan tersendiri itu yang pertama," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (6/2/2023).

Baca juga: Sudah Impor hingga Operasi Pasar, Kenapa Harga Beras Masih Mahal?

Harga beras terus naik walau ada panen raya

Lebih lanjut Reynaldi menuturkan, sejak dua bulan lalu harga beras sudah naik melebihi batas Harga Eceren Tertinggi (HET) yakni Rp 9.450 untuk jenis medium. Hal ini jugalah yang membuat pemerintah melakukan impor beras.

Bahkan, Reynaldi memprediksi harga beras akan tetap naik sampai panen raya tiba. "Apa dampak kenaikannya? Dampak kenaikannya banyak, tapi salah satunya adalah pedagang kesulitan apalagi ada tambahan beras impor, itu juga menjadi kendala," jelas Reynaldi.

Baca juga: Harga Beras Impor Mahal, Mendag Salahkan Pedagang Ambil Untung Besar

Oleh sebab itu, menurut dia, Bulog sebagai BUMN yang ditugasi untuk menyelesaikan persoalan beras harus benar-benar menyelesaikan dengan baik agar persoalan beras bisa diatasi.

"Fokus saja soal beras tidak usah ngurus yang lain, walaupun begitu kami tetap mengapresiasi langkah bulog untuk melakukan operasi pengendalian harga sehingga harga tidak melambung tinggi dan stok tetap ada di pasar," ungkap Reynaldi

"Kami berharap Bulog dapat melaksanakan tugasnya untuk melakukan penyerapan terhadap beras petani di panen raya bulan depan," pungkasnya.

Baca juga: Mendag Larang Pedagang Jual Beras Bulog Oplosan

Bulog guyur pasar dengan beras impor

Adapun sebelumnya, Perum Bulog mengguyur 10.000 ton beras impor asal Thailand ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jumat (3/1/2023).

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, masuknya 10.000 ton beras impor tersebut seturut dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bisa mendistribusikan beras impor dengan cepat sehingga bisa menekan harga beras yang masih mahal saat ini.

"Hari ini kita merealisasikan bahwa perintah Presiden, Bulog punya tanggung jawab untuk menyebarkan beras yang kita impor di seluruh Indonesia, termasuk Food Station yang merupakan ukuran pasar nasional," ujar Budi Waseso saat ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang, Jumat (3/2/2023).

Baca juga: Buwas Beberkan Modus Mafia Raup Untung Besar dari Beras Impor

Harga beras masih mahal

Sementara itu mengutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras per hari ini, Senin (6/2/2023), sudah mulai menunjukan penurunan meskipun masih tergolong mahal.

Beras kualitas bawah I turun menjadi Rp 11.650 per kilogram, beras kualitas bawah II turun menjadi Rp 11.450, beras kualitas medium I Rp 12.750, dan beras kualitas medium II Rp 12.750 per kilogram.

Sementara berdasarkan daftar panel harga Badan Pangan Nasional, harga beras premium naik Rp 50 menjadi Rp 13.340 per kilogram dan beras medium naik Rp 20 menjadi Rp 11.680 per kilogram.

Baca juga: Usai Dipanggil Jokowi, Bos Bulog Gelontorkan 10.000 Ton Beras Impor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com