Indonesia, yang ingin meningkatkan ekspor batu bara pada tahun 2023, mungkin akan menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Krisis energi di Eropa memaksa percepatan transisi hijau. Pembuat kebijakan di sana menanggapinya dengan cara yang paling mereka ketahui: menggandakan penggunaan listrik berbasis energi bersih.
Tahun 2022, kenaikan pembangkit listrik tenaga surya sudah mencapai hampir dua kali lipat dari tahun lainnya. Energi surya dan angin naik menjadi lebih dari seperlima listrik Eropa, menyalip pembangkit gas untuk pertama kalinya. Sedangkan bauran listrik batu bara berada di angka 16 persen.
Belajar dari tren ini, jelas bahwa banyak faktor yang berperan dalam perubahan penggunaan bahan bakar fosil. Apa yang terjadi di Eropa dapat dengan mudah terjadi di tempat lain, termasuk di negara-negara pengimpor batu bara mana pun yang saat ini menjadi target Indonesia dalam rencana ekspor batu baranya.
Karena itu, sudah saatnya Indonesia meninjau kembali target ekspor batu bara dan seluruh rencana transisi energinya. Indonesia harus menyadari bahwa ekspektasi batu bara untuk tahun 2023 bisa saja merupakan ekspektasi yang berorientasi jangka pendek, yang dapat mempengaruhi Indonesia dalam jangka panjang.
Apa yang terjadi tahun lalu hanyalah kemunduran sementara bagi rencana Eropa untuk menghapuskan PLTU mereka, sementara proses transisi jangka panjang mereka tidak pernah berubah. Indonesia tidak boleh terganggu oleh lonjakan pasar batu bara yang bersifat sementara dan seharusnya tetap fokus pada rencana pengurangan batu bara, yang merupakan visi masa depan Indonesia.
Dorongan menuju masa depan yang didominasi energi terbarukan semakin nyata untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil seperti batu bara dan gas, yang secara bersamaan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Hal ini harus diperhatikan oleh para pembuat kebijakan di Indonesia, untuk menjadikan sektor ketenagalistrikan bersih, terjangkau, memadai, dan andal di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.