Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hari Purnama
Analis Industri Kementerian Perindustrian

Analis Industri Kementerian Perindustrian

Pendekatan Ekonomi Sirkular pada Minyak Pelumas Bekas

Kompas.com - 07/02/2023, 12:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saat ini di dunia, ada enam tahapan proses untuk mengolah minyak pelumas bekas menjadi base oil lagi. Pertama, minyak pelumas bekas dikumpulkan dari bengkel-bengkel atau  pengumpul harus memiliki fasilitas drum yang tahan karat dan terpisah dari senyawa lain sehingga mengurangi kemungkinan limbah tersebut mencemari lingkungan atau tercemari kontaminan.

Kedua, pengangkutan limbah B3 tersebut harus dilakukan petugas yang tersertifikasi demi menghindari adanya kebocoran limbah ke lingkungan. Ketiga, limbah minyak pelumas kemudian dikumpulkan ke dalam tangki besar sebagai tempat penyimpanan feedstock.

Keempat, minyak pelumas bekas kemudian dialirkan untuk dipanaskan sehingga air yang terkandung dapat dihilangkan.

Baca juga: Peran Ekonomi Sirkular di Tengah Ancaman Krisis Global

Proses selanjutnya penyulingan dengan tekanan di bawah atmosfer sehingga menghasilkan berbagai jenis produk antara dengan kandungan jenis hidrokarbon yang berbeda.

Proses terakhir ialah produksi base oil melalui penghilangan berbagai jenis aditif yang telah terdegradasi dan memperbaiki rantai karbon base oil itu.

Base oil hasil re-refinery kemudian dicampur dengan zat aditif baru untuk menghasilkan pelumas jadi.

Manfaat dari Mengolah Minyak Pelumas Bekas

Pengolahan kembali minyak pelumas bekas memberikan manfaat untuk mengurangi limbah B3 yang berdampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Melalui pendekatan ekonomi sirkular yang mendorong optimasi nilai produk melalui penciptaan kembali produk yang dapat digunakan kembali seperti semula sehingga pendekatan yang tepat adalah re-refinery.

Selain manfaat untuk lingkungan dan manusia, pengolahan kembali minyak pelumas bekas menjadi pelumas jadi lebih menguntungkan tiga kali lipat dibandingkan dengan menjadikan bahan bakar. Hal ini bisa dijadikan daya tarik untuk menarik investasi di pengelolaan limbah B3 yang membutuhkan investasi cukup besar untuk mendirikan pabrik baru yang memerlukan proses cukup rumit.

Selain di wilayah yang penduduknya padat, pabrik baru tersebut perlu didorong untuk didekatkan kepada pertambangan dan industri pengolahan mineral (smelter) yang menggunakan minyak pelumas dalam jumlah banyak. Pengolahan kembali minyak pelumas bekas dapat berkontribusi menurunkan ketergantungan impor base oil Indonesia.

Sekitar 65 persen kebutuhan base oil nasional didatangkan dari luar negeri yang berdampak negatif pada pengurangan devisa negara. Jika semua minyak pelumas bekas bisa diolah kembali menjadi base oil, hal itu bisa mengurangi ketergantungan impor sebesar 75 persen.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+